TULUNGAGUNG – Menduduki peringkat ketiga di dunia dalam penularan penyakit tuberkulosis (TB), kini pemerintah memberikan perhatiannya guna menanggulangi penularan TB tersebut.
Untuk memperingati Hari TB Sedunia pada Kamis (24/3) ini, masyarakat harus lebih sadar akan penyakit TB tersebut. Pada tahun 2021 temuan kasus kematian akibat TB ada sekitar 39 kasus.
Pengelola Program Penanggulangan Penyakit (Wasor) TB Tulungagung, Binti Sholekah Kanti Larasati mengatakan, total temuan kasus TB tahun 2021 sekitar 800 kasus atau sekitar 25 persen dari target yang telah ditentukan yakni sebesar 2.400 kasus. Sedangkan untuk suspeknya sekitar 35 persen, karena dari 12 ribu temuan kasus kita menemukan pasien positif TB sekitar 4 ribu. Jika dibandingkan tahun 2020, temuan kasus TBs cenderung menurun dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang membuat pasien TB takut untuk diperiksa. “Mereka takut nantinya jika periksa akan didiagnosa Covid,” katanya Selasa (22/3).
Lanjut dia, angka kematian yang diakibatkan oleh penyakit TB di tahun 2021 yakni sekitar 39 orang atau sekitar 2 persen dari total jumlah kasus.
Menurut dia, temuan kasus kematian tersebut tidak hanya mengidap TB melainkan juga mengidap penyakit penyerta lain. Adapun penyakit penyerta lain yakni penderita sesak, jantung, diabetes, dan positif HIV. “Biasanya kalau temuan pengidap TB dengan penyakit penyerta lain itu, kondisi TB-nya sudah parah. Kadang baru menjalani pengobatan beberapa hari, kemudian meninggal,” ujarnya.
Dia menambahkan, penularan utama TB yakni melalui percikan ludah. Ketika seseorang dengan TB batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi, dapat menyebabkan percikan ludah sehingga mengakibatkan penularan. Oleh karena itu, penyakit TB ini dikenal sebagai penyakit yang ditularkan melalui udara. “Jadi kalau sekarang sudah pakai masker jadi ya aman, dulu sebelum ada Covid-19, orang-orang itu kan malas pakai masker. Jadi dengan adanya korona ini ya ada baiknya juga,” paparnya.
Dia mengaku, jika dibandingkan dengan Covid-19, tanda-tanda pengidap TB ini sedikit berbeda. Penularan Covid-19 dapat dilihat dari gejalanya dan penularannya, sekitar 1 sampai 2 minggu sudah terlihat. Tetapi pengidap penyakit TB ini bisa lebih lama, karena bakteri aerosol bisa menempel di mana-mana. Adapun gejala dari TB, yakni batuk lebih dari 2 minggu ada dahaknya dan kadang berdarah serta demam. “Kalau sudah mengalami gejala-gejala tersebut, lebih baik langsung periksa saja ke fasilitas kesehatan terdekat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, untuk pengobatan TB dilakukan selama 6 bulan. Dengan rincian, pengobatan intensif selama 2 bulan dan 4 bulan melakukan pengobatan intermiten. Jika setelah masa pengobatan selama 6 bulan masih belum ada tanda kesembuhan, baru diberlakukan pengecekan lanjutan untuk mengetahui apakah pengidap TB tersebut merupakan kategori TB yang resisten obat. “Pengobatan intensif itu selama 2 bulan minum obat setiap hari. Sedangkan pengobatan intermiten itu seminggung minum obat tiga kali. Kemudian untuk pemeriksaannya itu ada setiap 2 bulan, 5 bulan, dan 6 bulan,” jelasnya.
Sedangkan untuk meminimalkan penularan TB, selain dengan menggunakan masker juga harus memperhatikan etika batuk.
Dia mengatakan, orang yang menghirup bakteri aerosol dapat terinfeksi penyakit TB. Namun, hanya pengidap TB aktif yang bisa menularkan penyakit tersebut. “Kalau di tempat umum kan kita tidak tahu seseorang dengan TB itu siapa, apalagi di tempat-tempat lembab,” katanya.
Disinggung terkait anggaran penanggulangan TB, dia mengaku, anggaran penanggulangan TB didapat dari berbagai sumber, salah satunya yakni dari pajak rokok. Anggaran penanggulangan TB dari pajak rokok sekitar Rp 450 juta. Sedangkan untuk tiap puskesmas rata-rata anggaran penanggulangan TB sekitar Rp 15 juta hingga Rp 30 juta. “Ada juga puskesmas yang menganggarkan lebih karena cakupan wilayah yang besar,” pungkasnya. (mg2/c1/din)