TRENGGALEK – Harga hasil perikanan (ikan, Red) berpotensi tidak stabil di Kabupaten Trenggalek. Pasalnya, jumlah cold storage yang beroperasi di Kecamatan Watulimo selama ini tak mampu menampung seluruh ikan saat musim ikan.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek Cusi Kurniawati mengatakan, jumlah cold storage yang beroperasi di Kecamatan Watulimo ada 28 unit. Dengan kapasitas air blast freezer (pembekuan ikan, Red) mencapai 249,5 ton dan chilling room (ruang berpendingin, Red) 7.025 ton. Sedangkan, satu di antaranya adalah cold storage dari pelat merah.
Namun, puluhan cold storage itu ternyata belum bisa menampung semua ikan sewaktu musim ikan. Dalam perhitungan diskan, setidaknya kurang 10 unit lagi untuk memenuhi kebutuhan cold storage. “Berdasarkan analisis itu masih butuh 10 cold storage lagi atau bahkan lebih,” ucapnya.
Keberadaan cold storage cukup krusial untuk pengelolaan hasil perikanan. Menurut Cusi, fenomena ketidakstabilan harga ketika musim ikan dapat diindikasikan karena kekurangan cold storage. “Minimnya cold storage dapat menyebabkan kekurangan pasokan ikan saat tidak musim ikan. Bahkan juga mutu ikan saat puncak musim ikan, karena tidak bisa tertangani,” jelasnya.
Disinggung rencana pemenuhan cold storage, Cusi membenarkannya. Ada sejumlah anggaran yang bersumber dana alokasi khusus (DAK) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai diarahkan untuk meningkatkan kapasitas ABF, khususnya pada cold storage milik pemkab.
Selain itu, pemkab juga akan menjalin kerja sama dengan pengusaha untuk mengembangkan cold storage berbasis tenaga surya. “Ke depan, ada wacana kerja sama dengan koperasi dan PT Jasa Tirta Energi (JET) untuk cold storage. Namun, hal ini masih pas tahapan pembicaraan awal,” ujarnya. (tra/c1/rka)