TRENGGALEK – 370 guru berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) dituntut menunjukkan kinerja terbaik. Alasannya, mereka hanya dikontrak selama 2 tahun dengan opsi perpanjangan. Apalagi kemarin (31/3) mereka telah menerima surat keputusan (SK) Bupati tentang pengangkatan mereka sebagai aparatur sipil negara (ASN).
Diketahui 370 guru PPPK tersebut menempati 353 formasi SD dan 17 formasi guru SMP. Untuk formasi guru, jumlah tersebut dibagi menjadi 30 formasi guru Pendidikan Agama Islam, 270 formasi guru kelas, dan 53 formasi guru olahraga. Sedangkan untuk formasi SMP, jumlah tersebut dibagi dalam tiap mata pelajaran. “Semoga saja dengan beralih status dari guru tidak tetap (GTT) menjadi guru PPPK menjadikan pendidikan di Trenggalek menjadi lebih baik,” ungkap Wakil Bupati (Wabup) Trenggalek Syah M. Natanegara setelah mengambil sumpah.
Dia melanjutkan, profesi sebagai ASN saat ini masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat. Salah satu alasannya yakni penghasilan yang stabil. “Namun di balik itu semua, kami berharap kepada semua yang telah dilantik untuk bekerja dengan baik demi pelayanan ke masyarakat,” tambahnya.
Dengan demikian, setelah menerima SK tersebut, para guru PPPK tetap senantiasa mau meningkatkan pengetahuan, wawasan kepribadian, dan etika guna mampu mengoptimalkan tugas yang diemban. Karena bukan menjadi rahasia umum, tantangan pendidikan ke depan lebih berat daripada tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk kontrak kerja PPPK kali ini selama dua tahunan. Kontrak tersebut dapat diperpanjang dengan syarat mampu memenuhi target kinerja. Juga selama pegawai tersebut dibutuhkan dan tidak melanggar peraturan-peraturan yang berlaku. “Tidak lupa kami berterima kasih kepada para PPPK, yang selama ini kendati status masih GTT atau non-ASN atas dedikasinya dalam bertugas. Semoga ke depan lebih baik dalam menjalankan kewajiban sebagai pelayan publik dengan baik,” jelas Syah.
Pasalnya, jerih payah mengabdi kepada masyarakat selama bertahun-tahun sebagai GTT pun terjawab.
Sementara itu, Yanuardi, warga Desa/Kecamatan Karangan tak bisa menutupi kebahagiannya. Jerih payahnya selama 19 tahun menjadi GTT di SDN 1 Siki, Kecamatan Dongko, akhirnya terbayar. Apalagi,
menjalani pekerjaan sebagai GTT tidaklah mudah bagi Yanuardi. Untuk sampai ke tempat kerja, dia harus rela menempuh jarak hingga 25 kilometer (km) dengan medan pegunungan. “Alhamdulillah, akhirnya bisa menjadi ASN,” katanya.
Pria 53 tahun itu mengaku tak berputus asa dengan karir GTT-nya, meskipun realitanya upah GTT berbanding terbalik dengan kebutuhan hidup. “Cinta proses mengajar untuk generasi penerus,” cetusnya. Alasan itu yang membuat Yanuardi tetap teguh mempertahankan karir GTT-nya.
Selama menjadi GTT, Yanuardi tidak mengandalkan upah dari keringat saat mengajar. Upah itu tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maupun untuk membiayai kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). “Mulai karir itu dari upah Rp 50 ribu sebulan,” ungkapnya.
Untuk itu, dia lebih memilih mengandalkan pekerjaan sebagai seorang petani agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Cerita pilu Yanuardi belasan tahun berkarir sebagai GTT pun berakhir manis. Dua tahun lalu, dia mengikuti seleksi PPPK dan akhirnya lolos. Hal itu pun menambah semangatnya untuk lebih giat dalam memberikan pendidikan yang berkualitas ke peserta didik.
Bahkan, Yanuardi tidak menyoal masa kontrak PPPK yang sebatas 2 tahun. Dia tetap mensyukuri hasil keringatnya. “Alhamdulillah, semoga pekerjaan ini barokah,” ucapnya. (jaz/tra/c1/rka)