TULUNGAGUNG – Bencana tanah retak tidak hanya menimpa Desa Talun Kulon, Kecamatan Bandung. Kini bencana itu meluas ke kecamatan lain akibat hujan lebat. Berdasarkan data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung, terdapat 60 rumah yang terdampak di dua desa di Kecamatan Tanggunggunung.
Terdapat 51 rumah terdampak di Desa Tanggunggunung dan 9 rumah terdampak di Desa Ngepoh. Waktu kejadiannya sama, tanah retak muncul usai terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada Sabtu (8/10) lalu yang melanda kecamatan setempat.
“Dari keterangan wargam ketika hujan Sabtu malam juga terdengar suara gemuruh. Lalu, setelah dicek ternyata suara pergeseran tanah. Kejadian itu terjadi hingga Minggu siang (9/10) dan warga langsung melapor ke kepala desa dan camat,” ujar Kepala Bidang Logistik dan Kebencanaan BPBD Tulungagung, Nursono, kemarin (11/10).
Dia melanjutkan, petugas BPBD Tulungagung langsung terjun ke lokasi untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Hingga mereka membenarkan adanya bencana itu dan langsung melakukan penanganan kepada warga yang terdampak.
Kini petugas BPBD masih tetap berada di dua desa tersebut untuk mengantasipasi adanya bencana susulan. Apalagi, kondisi cuaca di Tanggunggunung juga sedang tidak bersahabat.
“Kami terus waspada untuk monitoring dan mengarahkan petugas stand by di lokasi dua desa tersebut, yakni Desa Ngepoh dan Tanggunggunung. Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi di Jawa Timur terjadi cuaca ekstrem pada 16 Oktober,” tuturnya.
Bahkan, menurut Kapolsek Tanggunggunung AKP Kasiyanto, kemarin (11/10) pukul 15.00 WIB terjadi getaran kecil di Dusun Kali Talun, Desa Tanggunggunung, yang mengakibatkan retakan tanah baru usai dilakukan penelusuran. Saat itu, pihaknya sedang memberikan bantuan kepada warga yang terdampak sehingga melihat warga panik hingga keluar rumah.
Maka dari itu, pihaknya berkoordinasi dengan forum komunikasi pimpinan kecamatan (forkopimcam) untuk menyiapkan tempat evakuasi di pendapa, rumah dinas kecamatan, dan Gedung PGRI yang bersebalahan dengan Polsek Tanggunggunung.
“Memang benar data dari BPBD bahwa yang terdampak di Desa Tanggunggunung ada 60 rumah. Namun, yang kami anggap terparah itu tercatat ada 19 rumah. Lantaran ada rumah yang terasnya putus dan salah satu fondasinya bergeser,” ungkapnya.
Dia berempati kepada warga yang terdampak bencana tanah retak ini. Apalagi, korban merupakan pria yang mengalami stroke dan istrinya baru saja meninggal dunia.
Menurut dia, mereka merupakan korban terparah dampak dari bencana ini. Namun, hingga kini belum ada warga yang berniat mengungsi.
Dia bersama jajaranya telah melakukan sosialisasi kepada warga. Jika terjadi hujan deras lagi, pihaknya telah menyediakan tempat untuk evakuasi. Hal itu dilakukan karena cuaca di Desa Tanggunggung mengalami mendung pada Selasa sore.
“Siapa pun waswas di tempat seperti itu, lantaran retakan tanahnya juga mengkhawatirkan. Sedangkan retakan tanah di Desa Ngepoh, analisis saya, itu karena jalurnya lurus garis dengan di Dusun Kali Talun, Desa Tanggunggung,” jelasnya.
Belum ada rumah yang dalam kondisi parah terdampak bencana retakan tanah ini. Namun, terdapat jalan yang ambles 20 meter dari Kantor Desa Ngepoh. Meski demikian, retakan tanah yang terjadi di Desa Ngepoh tidak separah yang ada di Desa Tanggunggunung.
“Memang ada 9 KK, tetapi yang terdampak langsung ada di Desa Tanggunggunung. Kalau di Desa Ngepoh memang ada saluran sungai di belakang permukiman sehingga masih aman, sedangkan di Dusun Kali Talun ada tebing yang di bawahnya ada permukiman, itu yang mengkhawatirkan,” pungkasnya.(jar/c1/din)