KOTA BLITAR – Ratusan buruh pabrik di Kota Blitar akhirnya tersenyum lebar. Pasalnya, bantuan langsung tunai (BLT) dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) sudah cair.
BLT senilai Rp 900 ribu itu langsung masuk ke rekening bank para pekerja. Bantuan tersebut untuk jatah selama tiga bulan yakni Oktober, November, dan Desember. “Ini BLT tahap kedua. Cairnya memang pada Oktober ini,” kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Blitar Sad Sasmintarti kepada Koran ini kemarin (11/10).
Sasaran penerima BLT DBHCHT di Kota Blitar terdata sebanyak 528 orang. Mereka merupakan pekerja dan eks pekerja pabrik rokok yang tersebar di Kota Blitar. “Yakni, pabrik rokok Bokor Mas, Pura perkasa, dan Apache, termasuk yang kena PHK beberapa waktu lalu juga menerima,” terangnya.
Rinciannya, dari pabrik rokok Bokormas sebanyak 241 orang, kemudian pabrik rokok Pura Perkasa Jaya sebanyak 91 orang, dan pabrik rokok Apache sebanyak 196 orang. Khusus pabrik rokok Apache, penerima BLT adalah para pekerja yang telah di-PHK akhir Agustus lalu.
Meski telah di-PHK, pemkot mengupayakan agar eks pekerja pabrik rokok di Kelurahan Blitar itu tetap bisa menerima BLT. “Saat itu kami masih bingung. Bisa atau tidak mereka menerima BLT. Setelah kami berkoordinasi, ternyata bisa dan tidak menyalahi aturan,” jelas perempuan berjilbab ini.
Sad berharap bantuan berupa uang tunai itu benar-benar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi di tengah situasi perekonomian yang masih sulit ini. “Harga barang naik dan lain sebagainya. Semoga membantu meringankan beban mereka,” ungkapnya.
Sebelumnya, BLT DBHCHT tahap pertama telah disalurkan. Bantuan tersebut untuk jatah Juli, Agustus, dan September. Nilainya sama yakni Rp 900 ribu atau setiap bulannya Rp 300 ribu.
Wali Kota Blitar Santoso mengatakan, BLT tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja pabrik rokok. Bantuan tersebut diambilkan dari DBHCHT. “Ya mudah-mudahan kesejahteraan masyarakat meningkat. Khususnya kaum perempuan, karena sekitar 95 persen pekerja pabrik rokok itu perempuan,” tegasnya.
Terpisah, Kasi Produksi Pabrik Rokok Pura Perkasa Jaya, Eko Handrianto mengaku, BLT DBHCHT adalah program dari pemerintah yang mulai berjalan tahun lalu. Program tersebut dijalankan untuk mengantisipasi dampak pandemi Covid-19. “Tahun 2021 lalu dapat. Kemudian tahun ini. Jika tidak salah, setahun itu jatahnya enam bulan,” ungkap pria berkacamata tersebut.
Di pabrik Pura Perkasa Jaya, total ada sebanyak 217 pekerja. Sebagian pekerja merupakan warga luar kota, yakni Kabupaten Blitar. “Semuanya dapat BLT. Untuk yang kota diurus kota, sedangkan yang kabupaten diurus dinas kabupaten,” bebernya. (sub/c1/ady)