TULUNGAGUNG – Sempat redup karena dipukul pagebluk yang beberapa waktu menyerang. Standupindo Tulungagung kembali bangkit meskipun sangat minim dukungan dari pemerintah. Mengandalkan kekompakan anggota, komunitas ini tetap eksis dengan menjajaki panggung-panggung di kabupaten ini.
Standupindo Tulungagung diprakarsai oleh dua pendiri yaitu Muhammad Alvi Hasan alias Bounce dan Dwi Kurniawan alias Bogang pada sekitaran tahun 2013. Namun komunitas ini sempat redup pada kurun waktu tahun 2019 – 2020 akibat kondisi sosial akibat pandemi. Pasalnya, panggung yang menjadi tempat anggota komunitas ini mengkreasikan jokes yang sudah disiapkan sangat minim karena mayoritas kafe di kabupaten ini tidak dibuka. Meskipun dibukapun dilarang untuk membuat keramaian.
Namun setelah pandemi mulai melandai, gairah stand up yang beberapa waktu tertidur seakan bangun dengan semangat baru. Dibukanya kafe di Tulungagung juga menjadi salah satu faktor penting gairah itu muncul. “Pemecut kebangkitan ini sebenarnya dari keinginan para anggota untuk mulai mengaktifkan dunia stand up di Tulungagung yang dimulai dengan acara charity waktu itu,” kata Ketua Standupindo Tulungagung, Achmad Fuad, kemarin (18/4).
Setelah aktif kembali dihiasi dengan kegiatan-kegiatan mingguan yang terus dilaksanakan seperti diskusi dan open mic yang dilakukan di kafe-kafe Tulungagung setiap minggu. Kini memiliki 15 anggota aktif dan beberapa juga terdapat anggota yang ikut nimbrung di komunitas namun tidak ikut open mic. “Aktif artinya adalah mereka yang gabung dan juga aktif menulis untuk open mic tiap minggunya,” katanya.
Dia mengungkapkan, dunia stand up comedy di Tulungagung memang masih minim, namun masih beruntung karena berjalannya waktu peminatnya sudah bertambah meskipun tidak banyak. Meskipun sepi peminat, anggota Standupindo Tulungagung tetap melakukan open mic dengan rutin, dengan membuat materi baru setiap waktu, membuat anggota komunitas berpikir dan peka terhadap lingkungan sekitar.
“Kalau untuk rutinitas biasanya setiap minggu ada open mic di beberapa kafe di Tulungagung. Tidak dibayar sih, namun tujuannya ingin memberi ruang untuk open mic kepada komika Tulungagung selain untuk menghibur dan mencari panggung,” katanya.
Selain itu, anggota Standupindo Tulungagung tak jarang juga tampil sebagai pembuka jika ada event yang mendatangkan komika terkenal baik dari Jawa Timur (Jatim) maupun komika dari Ibu Kota. “Biasanya opener itu ada tiga. Itu menjadi panggung kesempatan teman-teman untuk tampil,” katanya.
Dia mengatakan, kekompakan anggota diuji tatkala komunitas ini sangat minim dukungan dari pihak pemerintah. Namun juga sedikit lega karena berada dinaungan stand up pusat yang memberikan arahan-arahan untuk para komika Bumi Lawadan.
Bagi anggota komunitas, lanjut dia, untuk permasalahan selain materi seperti mental, artikulasi, dan penyampaian pesan kepada audiens bisa dipelajari dengan berjalannya waktu dan tingkat seringnya naik panggung. Semakin sering komika naik panggung permasalahan itu bisa diminimalkan.
Dengan bekal yang didapatkan, anggota Standupindo Tulungagung menjadi percaya diri untuk mengikuti perlombaan-perlombaan baik tingkat regional ataupun nasional. Bahkan terdapat salah satu anggota yang tembus seleksi nasional hingga tampil di Jakarta. (*/din)