KOTA BLITAR – Peran guru bimbingan konseling (BK) dinilai penting dalam mengatasi permasalahan anak didik di lingkungan sekolah. Guru BK menjadi garda terdepan dalam menampung keluh kesah anak didik.
Seyogyanya guru BK pandai dalam mengamati tingkah laku anak didik. Terutama ketika terjadi perubahan sikap dalam diri siswa. Yang biasanya periang, tiba-tiba menjadi murung. “Kami selalu mendorong sekolah agar mengaktifkan guru BK. Ketika ada masalah, kami sarankan guru BK turun tangan, sebelum masalah besar dan melebar. Apapun masalah itu,” terang Ketua Dewan Pendidikan (DP) Kota Blitar Dwi Sukartowo, kemarin.
Menurutnya, tidak semua siswa berani menceritakan permasalahannya kepada orang tua (ortu). Apalagi masalah yang menyangkut tindak asusila. “Anak-anak itu cenderung tidak berani cerita ke ortu. Karena itu, guru BK harus tanggap. Jangan sampai anak cerita ke orang lain yang justru bisa melebar,” ungkapnya.
Tentunya guru BK juga harus berkomunikasi dengan ortu siswa. Yakni tentang masalah yang sedang dialami anaknya. “Otomatis juga berkomunikasi ke ortunya. Sebab, ini sebagai tindakan awal daripada anak cerita ke luar dan malah beresiko,” terang pria berkacamata ini.
Terkait kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah, DP sangat menyesalkan kejadian itu. Seharusnya sekolah menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak-anak untuk belajar. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, sekolah harus meningkatkan pendidikan karakter dan agama.
Alangkah baiknya, saran dia, pendidikan agama dan karakter diberikan lebih dini. Misalnya dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD). “Itu sebagai bekal di masa depannya kelak. Dan sebagai proteksi siswa,” tuturnya.
DP mendorong Dinas Pendidikan (Disdik) khususnya sekolah agar frekuensi pendidikan agama dan karakter di sekolah ditingkatkan. Sebab, dua hal tersebut penting bagi bekal anak-anak di masa depan.
Sementara itu, Kepala Dispendik Kota Blitar Samsul Hadi mengatakan, sudah memiliki program untuk menguatkan pendidikan karakter. Program itu dinamakan Serenada atau Sekolah Religius, Nasionalis dan Berbudaya. “Tujuan program ini untuk menguatkan karakter keagamaan dan nasionalisme. Penerapannya melalui sejumlah kegiatan pendukung,” jelasnya. (sub)