KABUPATEN BLITAR – Atap gedung SDN Tegalasri 4, Kecamatan Wlingi roboh, Selasa (10/5). Tepatnya bagian teras ruang kelas I. Kondisi bangunan yang tak layak, ditambah hujan deras yang kerap mengguyur kawasan tersebut, diduga kuat memicu ambruknya atap.
Kepala SDN Tegalasri 4, Dwi Sudaryanti mengatakan, untuk mengantisipasi hal tak diinginkan, pihak sekolah mensterilkan dua ruang kelas lain yang bersebelahan dengan ruang kelas I. yakni kelas II dan III. “Memang kondisi sekolah sudah tidak layak. Kayu penopang genteng sudah lapuk,” ujarnya.
“Nah, sore itu kami masih di sini (SDN Tegalasri 4, Red) karena sudah hujan. Malamnya, kami tahu dari warga, atap sudah roboh. Alhamdulillah tidak ada korban,” lanjut Dwi Sudaryanti saat dikonfirmasi kemarin (11/5).
Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, ada tiga ruang kelas yang dinilai membahayakan. Yakni, ruang kelas I, II, dan III. Pada 2019 lalu, kondisi gedung sudah tak layak guna sehingga dikosongkan untuk mengantisipasi terjadinya musibah.
Pantauan di lokasi, sisa reruntuhan atap masih terlihat jelas. Kayu bekas penopang genteng tergeletak tak beraturan. Beberapa plafon juga terlihat jebol lantaran tertimpa genteng saat atap ambruk. Tak hanya itu, tiga ruang kelas yang hampir tiga tahun dikosongkan juga kotor. Untuk mengantisipasi ambruknya atap secara keseluruhan, sekolah berinisiatif memasang penyangga dari bambu. Dua penyangga ada di ruang kelas I.
“Kami tidak berani pakai kelas. Sejak 2019 sampai sekarang. Kebetulan karena pandemi juga. Lalu, siswa kami peringatkan untuk tidak mendekati bangunan. Sudah terpasang larangan,” jelas wanita ramah itu.
Meski atap bangunan sekolah roboh, kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berlangsung. Sebanyak 50 siswa dari kelas I, II, dan III dalihkan ke musala, ruang agama Hindu, dan perpustakaan sekolah. Itu sudah dilakukan setelah libur Lebaran lalu.
Bukan hanya ruang kelas yang terimbas kerusakan atap tersebut, dapur sekolah juga roboh di waktu bersamaan. Sementara empat ruang kelas lainnya, kondisinya juga mengkhawatirkan. Indikasinya, struktur genteng tampak bergelombang. Diduga, susunan kayu penyangga sudah lapuk.
Rencananya, sekolah juga akan melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan rumah-rumah warga. Sebab, jumlahnya terlampau banyak, yakni 73 siswa. Nantinya, untuk menampung siswa yang tidak mendapat kelas, sekolah juga telah meminjam tenda sebagai kelas darurat.
Sejatinya, sekolah sudah melayangkan proposal pengajuan perbaikan bangunan sejak 2019 ke Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Blitar. Namun, hingga atap gedung ambruk, tak ada perbaikan.
“Kan sudah tidak layak sejak tahun 2019 lalu. Nah, saat itu kami ajukan proposal terkait perbaikan bangunan ke dinas pendidikan. Sudah direspons, tapi belum dilakukan perbaikan. Karena antre,” imbuhnya.
Kepala Dindik Kabupaten Blitar, Luhur Sejati melalui Kepala Bidang Pendidikan SD, Alwi Maulana mengonfirmasi adanya kerusakan bangunan sekolah di sisi utara Kecamatan Wlingi tersebut. Menurut dia, kerusakan itu lantaran guyuran hujan deras lebih dari dua jam.
Untuk merenovasi bangunan tersebut, kata Alwi, akan dilakukan tahun ini. Namun, belum diketahui kapan bakal terlaksana. “Biaya perbaikan nanti akan memanfaatkan dana PAK (Perubahan Anggaran Keuangan, Red) dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, Red),” terangnya. (mg2/c1/wen)