Batik ciprat mulai berkembang di Blitar beberapa tahun terakhir. Kini ada dua kelompok perajin yang memproduksinya. Yakni di Desa Resampombo, Kecamatan Doko, dan Desa Siraman, Kecamatan Kesamben.
Yang menjadi istimewa dari produk batik ciprat Blitar, para perajinnya merupakan penyandang disabilitas, serta ODGJ.
Mereka diberdayakan untuk bisa berkarya dan mandiri. Meski dalam kondisi kekurangan, namun batik yang dihasilkan tetap berkualitas.
Bahkan, produk batik ciprat karya mereka kini sudah bisa bersaing di tingkat internasional. Seperti batik ciprat yang dikembangkan Rumah Kinasih dari Desa Siraman, Kecamatan Kesamben.
Penjualan batik ciprat karya kaum difabel di Rumah Kinasih itu sudah menembus luar negeri. Diekspor ke beberapa Negara.
Di antaranya, Singapura, New Zealand, Hongkong, hingga Amerika. ”Kalau di Indonesia, produk kami sudah dipasarkan di berbagai daerah,” kata Pendiri Rumah Kinasih Edy Cahyono saat ditemui di rumah produksinya, kemarin (1/9)