TULUNGAGUNG – Aroma semerbak kopi tercium di rumah Adhitya Kreshna, ternyata berasal dari lukisannya. Bulan depan, dia perupa satu-satunya dari Indonesia yang memamerkan lukisan cethe ke Amerika Serikat.
Rumah yang rimbun dan terlihat beberapa tanaman pada halaman rumah milik laki-laki berambut setengah bahu ini berlokasi di Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru. Bangunan berwarna cokelat itu tidak besar, namun dapat menyimpan lukisan-lukisan dari ampas kopi karya Adhitya Kreshna.
Tiga lukisan tergeletak di teras rumahnya, ada yang bergambar Dwarapala, seorang laki-laki yang duduk termenung, dan ada juga gambar segerombolan perempuan dengan selendangnya. Lukisan-lukisan dari cethe itu ternyata memang dipersiapkan oleh Adhitya untuk pameran di Amerika Serikat yang kedua kalinya pada 9 April mendatang. Dia mulai berangkat ke Amerika pada 3 April.
Setelah 2017 lalu, pertama kalinya dia diundang untuk pameran di Negeri Paman Sam. Bahkan lukisannya saat itu sempat terjual hingga ribuan dolar, karena mampu menarik minat para warga Amerika untuk memanjakan mata melihat lukisannya. Adhitya melukis perihal budaya Jawa, karena yang dapat disuguhkan untuk orang luar negeri terhadap Indonesia yaitu budayanya yang tidak dimiliki negara lain.
“Kalau saat 2017 lalu, saya ke Amerika Serikat membawa satu lukisan bergambar barongan. Namun sesampainya di tempat pameran, saya buat lukisan lagi. Sedangkan untuk pameran yang akan datang, saya bawa 20 lukisan yang saya buat dari rumah,” ujarnya saat Koran ini berkunjung ke rumahnya, kemarin (`13/3).
Kini, 10 lukisan telah diselesaikan olehnya, hanya tinggal merampungkan setengahnya lagi. Gambarnya pun bertema budaya Indoensia, memang dari pameran pertamanya berniat memperkenalkan lokalitas Indonesia. Bahkan saat pameran di Amerika lima tahun lalu, Adhitya juga membawa rokok asli Indonesia.
Sepuluh lukisannya mengisahkan perihal masyarakat Indonesia yang gemar mabuk dengan minuman beralkohol. Sepuluh lainnya gambar kaligrafi, namun bukan tulisan Arab. Budaya Indonesia yang dibawa, yaitu kaligrafi dengan aksara jawa. Terlihat sulit, namun nyatanya Aditya berhasil merampungkan satu lukisan kaligrafi tersebut. “Kata-katanya bahasa Inggris, namun saya menulisnya memakai aksara Jawa. Selain itu, saya sempat kepikiran beberapa lukisan saya berikan ke pihak penyelenggara atau masyarakat Amerika dengan gratis,” ungkapnya.
Berbeda dengan pameran pertamanya yang hanya bermodal nekat. Kali ini dia ingin mempersiapkan semaksimal mungkin pameran lukisan ampas kopinya, karena dua bulan telah dia persiapkan. Namun, Adhitya masih merasakan deg-degan meskipun ini bukan pertama kalinya. Sebab, hingga kini visa untuk menerbangkan pelukis cethe satu-satunya dari Indonesia ke Amerika Serikat masih belum terbit.
Laki-laki lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang (UM) ini memang bukan berpendidikan seni rupa murni. Namun melukisnya memang telah tampak dari sejak dia duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sedangkan untuk melukis di ampas kopi telah ditekuni sejak 2016 dengan alasan tidak kuat untuk membeli cat air.
Kalau perihal proses melukisnya, pria berkulit sawo matang ini lebih suka langsung eksekusi di pameran daripada mengerjakan di rumah. Seperti yang dia lakukan dulu, saat 2017 Aditya dapat merampungkan tiga lukisan dalam sehari ketika di Amerika Serikat, sedangkan saat di rumah tiga lukisan bisa sampai hampir seminggu.
Dia menceritakan bila berbagai macam ampas kopi digunakan dalam proses melukisnya. Mulai dari kopi ijo yang keluarnya setengah hitam, arabika dan Gayo dengan warna kuning, lalu Wamena dengan warna merahnya. Namun biasanya dia memakai lebih dari tujuh jenis kopi untuk kolaborasi warna. “Kalau untuk pameran di luar negeri ini sudah ketiga kalinya. Karena pada 2018 lalu lukisan saya juga berkesempatan pameran di Kuwait, namun saya tidak hadir dalam pameran tersebut,” tuturnya sembari minum kopi.
Kini pria ramah kni hanya disibukkan dengan melukis dengan ampas kopi atau yang biasa disebut dengan cethe. Mengikuti lomba-lomba melukis cethe dengan menjadi juri dan peserta, menerima pesanan lukisan dari seseorang, dan mengikuti beberapa pameran. Namun, dia dulunya seorang desainer grafis yang beberapa waktu lalu vakum dan nyaman melukis dengan cethe.(*/c1/rka)