KOTA BLITAR – Dalam keikutsertaannya di Porprov ke-VII Jawa Timur (Jatim) tahun ini, Askot PSSI Blitar menunjuk pelatih yang kenyang pengalaman menangani tim junior. Yakni, Novan Eka Prasetya. Pendekatan khusus dia lakoni demi melebur dengan skuad yang dihuni atlet berusia remaja.
Mendung menggulung di langit Kota Patria akhir pekan kemarin. Jarum jam menunjukkan pukul 14.30 ketika sekelompok pemuda sedang beradu taktik di atas rumput Stadion Soepriadi. Rupanya, sore itu tim porprov Askot Blitar menggelar latihan reguler. Belakangan tim ini memang disibukkan dengan agenda uji coba dan latihan rutin. Wajar, waktu gelaran porprov hanya tinggal menghitung hari.
Di sisi lapangan, seorang pria bertopi acapkali berteriak untuk memberi instruksi kepada para pemain yang sedang beradu. Pria itu adalah Novan Eka Prasetya, juru taktik tim porprov Askot PSSI Blitar. “Kami perbanyak latihan dan uji coba. Khusus latihan, sekarang kami gelar setiap akhir pekan,” ujarnya.
Eks penggawa PSBI Blitar ini mengaku punya motivasi setinggi langit dalam keikutsertaannya di porprov tahun ini. Bukan hanya karena lolos sebagai pemuncak klasemen di ajang pra porprov yang digelar pada awal bulan ini, tetapi ada banyak hal yang membuatnya yakin bisa mengantar Kota Blitar meraih prestasi terbaik.
“Saya sudah sering menangani tim junior sejak 2016. Mulai dari kompetisi Piala Soeratin dan beberapa kejuaraan junior lain. Nah, 2018 saya meraih juara dua provinsi di Piala Soeratin. Lalu, ada beberapa gelar juara lain juga,” kata pria kelahiran 13 November 1983 ini.
Ayah satu anak ini melanjutkan, pihaknya diberi target tinggi di multievent terakbar se-Jatim tahun ini. Yakni, lolos hingga babak puncak alias final. Jelas ini bukan target gampang. Namun, Novan menegaskan jika timnya punya kesiapan yang cukup. Sebab, tim yang ada kini sudah dibentuk jauh hari. “Sesuai dengan instruksi ketua asosiasi, target kita harus bisa masuk final. Meski tidak mudah, tapi saya yakin,” ujar alumnus Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya ini.
Disinggung lebih rinci soal persiapan, pria yang juga pernah berseragam Persida Sidoarjo ini mengaku lebih banyak fokus pada faktor nonteknis di dalam tubuh tim. Salah satunya tentu soal cara pendekatan yang dia lakukan agar lebih “klik” dengan para penggawa di tim porprov Askot. “Saya itu cenderung keras dan tegas ke pemain. Kalau mereka salah ya saya bilang salah dan diberi sanksi,” jelas Novan.
Hal itu dia lakukan agar pemain bisa disiplin, baik di dalam maupun di luar lapangan. Maka, jangan heran jika mendapati pemain askot diminta koprol, lari, ataupun push-up jika melanggar peraturan di dalam tim.
Meski begitu, Novan juga bisa memposisikan diri sebagai pemain. Hal ini dia lakukan agar ada rasa kebersamaan. Selain itu, hal ini juga disebut bisa membuat pemain merasa lebih diperhatikan. “Kalau mereka lelah, senang, sedih, atau emosional itu saya juga rasakan. Saya samakan perasaan dengan mereka,” ungkapnya.
Selain teknik pendekatan yang dia sebutkan di atas, pria yang tinggal di Kecamatan Sukorejo ini mengaku masih punya trik jitu guna membakar motivasi anak asuhnya jelang gelaran utama porprov. Yakni dengan memberi gambaran proyeksi gelaran Liga 3 di akhir tahun ini. Para pemain yang rata-rata berusia 19 tahun tentu ingin merumput di kompetisi nasional itu. Jadi, gelaran porprov tahun ini kudu dimanfaatkan sebagai “etalase” para pemain untuk pamer kemampuan terbaiknya.
“Sebetulnya gampang saja saya beri motivasi ke anak-anak. Saya ingatkan agar mereka main maksimal di porprov. Kalau mereka bisa main bagus dan bisa sampai ke final, maka mereka punya nilai mahal,” jelasnya.
“Sebab, sejak bulan lalu saya juga sudah dikontak beberapa pelatih Liga 3 yang ingin mengontrak pemain Askot,” tandasnya. (*/c1/wen)