TRENGGALEK – Komisi II DPRD Trenggalek geram melihat grafik capaian pendapatan asli daerah (PAD). Selain terjadi penurunan dalam dua tahun belakang, tren capaian PAD dari tahun ke tahun cenderung stagnan. “Jangan sampai setelah atau sebelum ada tambahan penghasilan pegawai (TPP) aparatur sipil negara itu tidak ada peningkatan sama sekali,” ungkap Ketua Komisi I DPRD Mugianto.
Indikasinya, lanjut Mugianto, capaian PAD pada 2020 sekitar Rp 280 miliar (M), namun pada 2021 turun sekitar Rp 240 M. Artinya, ada penurunan sekitar Rp 40 M kurun waktu setahun. Pihaknya mengakui bahwa dalam dua tahun belakang, pandemi Covid-19 menjadi satu-satunya unsur yang menghambat perekonomian. Namun ketika pemkab punya alternatif lain dalam menyikapi keadaan atau memaksimalkan potensi PAD, seharusnya penurunan PAD itu tak terlalu signifikan. “Dua tahun terakhir ada penurunan. Tapi kami juga melihat potensi untuk meningkatkan PAD,” ucapnya.
Beberapa sektor potensial, kata dia, di antaranya adalah pemanfaatan aset pemkab. Misalnya, gudang tepung di Prigi, Hotel Prigi, Alga Plaza, laboratorium, maupun sewa alat berat. Sektor-sektor itu seharusnya bisa menjadi penopang PAD, jika lebih dimaksimalkan.
Sedangkan nilai plus dari kerjasama dengan pihak ketika, lanjut politikus Partai Demokrat, tak lain adalah keterikatan di atas perjanjian kerjasama. Ketika sudah ada perjanjian, maka pengelola aset dalam situasi pandemi pun akan berusaha untuk tetap bertahan dan terus berinovasi. “Dituangkan dengan sebuah perjanjian dan ada evaluasi tiap tiga tahun sekali,” ujarnya.
Namun di balik itu, pemkab seakan masih mempertahankan pengelolaan di bawah kewenangannya. Namun dalam kondisi riil, output dari pengelolaan aset itu masih jauh dari kata ideal. Banyak sektor yang mati suri (aset ada tapi tak dimaksimalkan, Red). “Kalau memang dikelola sendiri (dikelola pemkab, Red) terus merugi, lebih baik dikerjasamakan dengan pihak ketiga. Jadi, banyak hal yang bisa dilakukan, tidak ada alasan bagi OPD penghasil PAD untuk bersantai-santai ria,” tegasnya.
Melihat beberapa sektor potensial PAD, Mugianto menargetkan, capaian PAD pada 2022 seharusnya bisa meningkat menjadi Rp 300 M. “Sudut pandang kita, potensi di Trenggalek itu gambaran Rp 300 M setahun. Melihat data yang disampaikan ke kita. Ada beberapa potensi yang bisa kita tekan, kenapa kok tidak ada greget. Padahal. Sudah ada suplemen TPP terhadap ASN, tapi kinerjanya kok melempem. Dari sisi suplemen sudah siap dan dinikmati,” pungkasnya. (tra/rka)