TULUNGAGUNG – Suasana ramai di Pasar Hewan Terpadu (PHT) Tulungagung di Desa Sumberdadi, Kecamatan Sumbergempol kemarin (11/5) tidak terpengaruh adanya isu wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak. Bahkan, para penghuni pasar masih terus melakukan transaksi seperti biasa.
Salah seorang pedagang, Bonar mengaku, penjualan sapi miliknya tidak terpengaruh dengan kasus PMK yang terjadi di beberapa daerah. Pembeli masih ramai dan harganya juga tidak mengalami penurunan sama sekali. Dalam setiap pasaran, Bonar mengaku bisa menjual hingga 5 ekor sapi. Harga sapi hidup saat ini mencapai Rp 50 ribu per kilogram (kg).
“Harganya tergantung timbangan berat sapi. Kini tidak terpengaruh penyakit PMK yang banyak terjadi di beberapa daerah dan masih berjalan normal,” ujarnya.
Namun kemarin, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Tulungagung melakukan pendeteksian dini dengan pemeriksaan mendadak untuk mengantisipasi adanya wabah tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan penyemprotan disinfektan kepada setiap pedagang yang membawa hewan ternaknya, baik sapi atau kambing yang masuk ke pasar.
Tidak hanya itu, petugas dinas dan dokter hewan melakukan pemeriksaan terhadap beberapa sapi milik pedagang. Namun, setelah diperiksa oleh petugas dengan merogoh mulut sapi tersebut, tidak timbul tanda-tanda penyakit PMK.
“Saat kami memeriksa tidak menemukan tanda-tanda PMK seperti mulut hewan yang melepuh, lalu terjadi gangguan pernafasan, lidahnya sariawan, kaki pincang, kuku lepas, dan bahkan bisa demam,” jelas Kepala Disnak Keswan Tulungagung Mulyanto.
Dia menjelaskan, untuk wilayah Tulungagung belum terlihat tanda-tanda terjangkit penyakit tersebut. Namun, masyarakat wajib waspada dengan melakukan deteksi secara dini dan perawatan hewan secara rutin. Selain itu, dengan memberikan sosialisasi maupun edukasi pada masyarakat.
Dia menegaskan, sampai kini di Pasar Hewan Tulungagung masih dalam kondisi aman dari penularan PMK. Diketahui hewan-hewan ternak yang diperjualbelikan di PHT ini masih berasal dari wilayah Mataraman, yaitu Blitar, Trenggalek, dan Kediri. Diketahui kota-kota tersebut juga aman dari wabah PMK.
“Sejauh ini masih aman, hewan ternak yang diperjualbelikan di pasar hewan berasal dari daerah lokalan saja, jadi belum ada yang berasal dari kota maupun kabupaten terindikasi terjadi penularan PMK. Namun, daerah suspek PMK dilarang masuk,” paparnya.
Bersyukur, karena wabah PMK ini tidak bersifat zoonosis yang artinya tidak dapat menular ke manusia. Namun, penularannya cepat kepada hewan ke hewan sehingga mengakibatkan kerugian terhadap populasi.
Dia berharap wabah PMK ini tidak sampai di Tulungagung, agar peternak dapat bisa bertahan dan lestari. (jar/c1/din)