TULUNGAGUNG- Sejak tahun 2019 lalu, Galih Surya Hardyanto telah getol menenkuni dunia Voice Over (VO). Waktu pertama kali mengenal tersebut diakui sangat jarang sekali masyarakat Tulungagung yang menekuni dunia tersebut. Namun berjalannya waktu, sampai kini kliennya tak hanya perusahaan dalam negeri namun beberapa dari mancanegara.
Pekerjaan VO sendiri sebenarnya sudah lama ada, kegiatannya digunakan untuk menyampaikan pesan dari sebuah produk audio atau audio visual. Baik untuk narasi profil perusahaan ataupun untuk menawarkan suatu produk tertentu. Berbeda dengan dubber yang biasanya mengisi suara film atau kartun yang sudah ada.
“Awalnya sih bisa dikatakan sebuah hobi yang bisa dijadikan sarana untuk menghasilkan duwit,” kata Galih, sapaan akrab pria ini.
Dia melanjutkan, perjalanan hidup membawanya sebagai seorang VO, karena sebelumnya dia bekerja sebagai seorang penyiar radio yang tentu dituntut untuk memiliki keterampilan berbicara (speaking skills). Tonggaknya pada tahun 2019, rasa peka bahwa saat itu di dunia digital sudah mulai banyak platform yang membutuhkan jasa VO ini. “Awal banget, iseng mengisi VO di salah satu platform freelance, dari situ malah keterusan sampai sekarang,” tandasnya.
Demi mengembangkan potensi di bidang tersebut, Galih juga membuat sendiri sebuah agensi khusus untuk menampung bakat-bakat VO lainnya di Tulungagung bernama Soer Voice Over Agency. Selain memberi ruang pada talenta-talenta VO, agency yang dibuat juga berguna ketika sebuah perusahaan berkeinginan untuk beriklan dengan berbagai karakter suara, mulai dari suara perempuan, anak-anak sampai suara orang dewasa.
“Ya karena memang sudah banyak pengusaha dari dalam maupun luar Tulungagung yang berkeinginan menggunakan jasa VO dengan karakter tertentu yang dimiliki. Saya mencoba membantu mencarikan talenta yang memang cocok,” ungkapnya.
Warga Desa Tunggulsari, Kecamatan Kedungwaru, ini tak menampik bahwa menjadi seorang VO tak melulu memiliki jenis suara yang bulat. Karena kini yang menjadi penentu adalah kebutuhan dari pasar seperti apa. Jadi yang terpenting adalah talenta yang memiliki karakter tersendiri. Seperti contoh terkadang sebuah perusahaan tak melulu membutuhkan jasa VO serius, melainkan juga butuh untuk sebuah iklan yang dikhususkan untuk sekmen kaula muda sehingga membutuhkan jenis suara yang fresh.
“Semua suara bisa, yang terpenting adalah berkarakter dan tidak pasaran. Ketika didengar suara tersebut memiliki ciri khas tersendiri, seperti suara serak atau yang lainnya,” ungkapnya.
Melihat peluang jasa VO ini, kata dia, kalau di Kota Marmer saja memang ada namun belum banyak. Seperti beberapa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang meskipun sedikit namun sudah mulai sadar pentingnya kebutuhan akan dunia digital. Artinya kebutuhan akan VO di kabupaten ini semakin hari semakin meningkat.
Namun demikian, beberapa perusahaan tingkat nasional dan beberapa klien dari mancanegara menjadi peluang tersendiri. Karena beberapa perusahaan luar negeri memang ingin produknya menginvasi Indonesia dan salah satunya adalah dengan menggunakan jasa VO ini.
“Biasanya melayani perusahaan luar yang ingin mengembangkan marketnya di Indonesia, itu membutuhkan VO yang berbahasa Indonesia. Ada juga beberapa konten creator dari luar negeri yang ingin membuat konten berbahasa Indonesia juga ada. Dari mereka sudah menyiapkan naskahnya tinggal eksekusi aja, dan kalau bicara harga tentu lebih mahal,” bebernya.
Secara pribadi, Galih sendiri mempelajari dunia VO ini dengan beberapa metode meskipun pada dasarnya adalah otodidak. Seperti membaca sebiah buku dan artikel namun bacaannya diucapkan. Sering melihat konten-konten VO di Indonesia yang sudah diakui. Sering melihat iklan yang menyuguhkan profil perusahaan baik dari televisi maupun media sosial YouTube. Setelahnya tidak usah ragu dan malu untuk mengikuti dan mencobanya.
“Saya dulu kalau naik sepeda motor dijalanan, sebagai latihan ya membaca saja banner maupun spanduk yang ada dipinggir jalan. Memang seperti orang gila namun tapi akhirnya akan terbiasa,” ungkapnya dengan tertawa.
Intinya, mau mencoba dan terus belajar dari pengalaman meskipun tanpa mengikuti kelas VO itu sendiri. Terbukti dari sekitar enam laki-laki, dua perempuan dan satu anak-anak talenta dalam naungan agennya yang berasal dari orang biasa dan tidak ada basic kelas VO ataupun basic penyiar radio. (*/din)
Pelepasan Peserta Jambore, Bupati Maryoto Berikan 4 Pesan Penting
TULUNGAGUNG - Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, lepas kontingen Jambore Nasional...