TULUNGAGUNG – Nahdlatul Ulama (NU) telah hadir di tanah air hampir satu abad, kini umurnya memasuki 96 tahun. Namun di Tulungagung, NU baru hadir sekitar tahun 1950 yang pertama kali dibawa oleh penyuluh agama dari Dusun Jigang, Desa Pakisaji, Kecamatan Kalidawir.
Saya pernah mendapatkan cerita dari Kiai Muhson bila pendiri NU Tulungagung dari Desa Pakisaji, Kalidawir. Kalau adanya NU di Tulungagung saya tidak tahu pastinya. Namun, tahun 1952 NU menjadi partai di Tulungagung,” ujar Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tulungagung, Abdul Hakim Mustofa.
Dia menceritakan, dulu NU berniat ingin ikut dalam kontestasi politik di tanah air sehingga merubah organisasi agama menjadi partai, dengan nama Partai Nahdlatul Ulama dan mengikuti Pemilu 1955-1956. Meskipun saat itu NU adalah partai baru, namun dapat menduduki empat besar dalam pemilu dari total 70 partai.
Sedangkan, Hakim-sapaan akrabnya-menjelaskan jika dirinya masuk dalam organisasi NU Tulungagung pada tahun 1984. Bahkan pada saat itu, dia telah ikut muktamar di Situbondo dan menjadi ketua lembaga dakwa NU Tulungagung.
Jabatan itu dilakoninya selama satu periode. Setelah itu, Hakim berganti menjadi ketua lembaga pendidikan Maarif selama tiga periode hingga tahun 2000. Namun sebelumnya, pada tahun 1998 dia menjadi wakil ketua cabang PKB dan menjadi anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).
Lalu, Hakim mundur menjadi ketua lembaga Maarif pada tahun 2000, karena tidak nyaman merasa merangkap jabatan. Tahun 2002, dia mundur dari partai sehingga tidak terikat di NU atau di partai. “2004 saya tidak menjadi pengurus NU, namun saat itu saya menjadi wakil ketua dewan perwakilan cabang (DPC) PKB. Lalu 2004 ada konferensi periodik di Ngunut, saat itu dia tidak menjadi pengurus PKB dan anggota DPR,” terang Hakim saat ditemui di rumahnya, di Desa Samir, Kecamatan Ngunut, kemarin (30/1).
Hakim menjadi wakil ketua PCNU setelah dipercaya oleh para pengurus NU di Tulungagung. Pengabdiannya tidak sia-sia, dia pernah menjadi ketua PCNU tiga periode sejak 2010 hingga 2024. Dia menjelaskan, dua periode dipilih langsung oleh anggota PCNU, sedangkan satu lainnya menjadi pengganti antarwaktu hanya setahun.
Baginya, menjadi bagian dari organisasi NU merupakan hal yang berkesan pada kehidupannya. Padahal, Hakim selain berorganisasi di NU, dia pernah menjadi kepala sekolah dan politisi. Pasalnya, NU yang notabene organisasi para ulama, membuat banyak masyarakat yang menganggap dan menyebut Hakim sebagai kiai karena berkecimpung di NU. (jar/c1/din)