TRENGGALEK – Sejak dua hari lalu, langit Kota Alen-alen dihiasi lalu lalang para atlet paralayang. Mereka tengah beradu keahlian untuk memperebutkan kejuaraan nasional (kejurnas) paralayang.
Kejurnas Paralayang ini mengambil kategori cross country race to goal (RTG) atau disebut XC. Peserta kejurnas ini diikuti oleh 75 atlet yang tersebar di berbagai daerah dan bahkan dari luar negeri. “Ada juga yang dari mancanegara diantaranya Swiss, Austria, Jerman, namun itu masuk kategori tandem berbeda dengan atlet lainnya,” ungkap Muhammad Azmi ketua Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) cabang Trenggalek.
Dia melanjutkan, atlet paralayang sempat mengalami kendala pada hari pertama karena kendala cuaca yang tidak mendukung. “Karena cuaca, yang mulanya berangkat pukul 10.00 WIB harus mundur hingga cuaca baik,” tegasnya.
Akibatnya, pada hari pertama banyak atlet yang mendarat di lapangan darurat yakni di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan. “Atlet dari Aceh terjadi crash dan mengeluarkan parasut darurat namun bisa mendarat dengan baik dan hari kedua juga masih ikut,” jelasnya.
Sementara itu, kendala hanya dialami pada hari pertama. Sedangkan pada hari kedua, cuaca lebih mendukung sehingga para peserta bisa mencapai garis lokasi landing terakhir dii Desa Ngentrong, Kecamatan Karangan.
Pihaknya pun berharap event ini bisa berkelanjutan untuk mendongkrak pariwisata, ekonomi dan olahraga paralayang di Trenggalek. “Dorongan pemerintah daerah sangat perlu untuk event nasional seperti ini,” ujarnya.
Cuaca buruk pun juga dirasakan pilot paralayang Rio Indra Kusuma dari Jakarta. Dirinya masih bangga membawa tas paralayang sampai hari kedua dengan baik dan selamat. “Pertama di tempat take off kendalanya, kemudian faktor cuaca kemarin kurang bagus,” akunya.
Rio mengungkapkan dampak dari sempitnya tempat take off ada beberapa peserta ketinggalan di waktu start di atas langit karena masih mengantre. “Berkali kali hari ini cari angin, namun optimistis saya bisa membawa medali dalam ajang kejuaraan ini,” ujarnya. (tra/rka)