PONGGOK, Radar Blitar – Laga semifinal Piala Soeratin U-17 Jawa Timur (Jatim) antara Blitar Poetra (BP) FC melawan Bhayangkara FC telah berakhir. Tim The Guardian muda, julukan Bhayangkara FC U-17, keluar sebagai pemenang dan berhak melaju ke final. Laga yang berlangsung di Lapangan Jala Krida Kodikal, Surabaya kemarin (11/2) berkesudahan dengan skor 2-0.
Juru taktik BP FC U-17, Hadian Anton mengaku, hasil minor di laga kemarin disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan harapan. Hal ini membuat tim kesulitan beradaptasi saat memulai laga.
“Ternyata kondisi lapangan becek setelah sebelumnya diguyur hujan. Padahal, kita coba menerapkan permainan bola pendek. Lalu, kita coba adaptasi dengan bermain bola panjang dan ternyata masih kesulitan. Buktinya, anak-anak sering terpeleset saat berlari,” bebernya.
Kedua, soal absennya gelandang serang yang selama ini jadi andalan tim, Nurdin. Sosok pemain ini disebut punya peran sentral di dalam skuad Laskar Lembu Suro muda. Namun, tanpa disadari oleh pelatih, pemain ini tidak bisa diturunkan untuk membela tim dalam laga melawan Bhayangkara FC ini.
Alasannya, Nurdin sudah menerima dua kartu kuning (akumulasi kartu, Red). Kartu kuning pertama diterima di fase penyisihan grup, dan yang kedua didapat saat membela tim di babak delapan besar. “Saya kira ada pemutihan di semifinal. Karena satu kartu kuning kan diterima di babak penyisihan. Ternyata, dua kartu kuning itu tetap diakumulasikan sampai babak final nanti,” sesalnya.
Kondisi ini memaksa tim pelatih untuk kembali memutar otak dalam waktu singkat sebelum memulai laga. Padahal, sudah menyiapkan strategi khusus untuk menghadapi Bhayangkara FC. Yakni dengan menitikberatkan serangan pada dua sosok gelandang, Nawaf dan Nurdin. “Saya sudah sampaikan ke pemain bahwa kita tidak boleh bergantung pada satu pemain. Tapi, harus diakui jika absennya Nurdin membuat mental anak-anak turun,” ujarnya.
Faktor selanjutnya adalah soal kualitas tim. Harus diakui jika di atas kertas kualitas Bhayangkara FC berada di atas BP FC. Anton mengungkapkan, anak asuhnya sudah menerapkan pola permainan pressing ketat sejak dimulainya laga. Tapi, tim lawan punya kemampuan adaptasi lapangan lebih baik. Adapun dua gol yang bersarang di gawang BP FC terjadi masing-masing di menit ke-5 dan menit ke-57. “Kita press ketat. Begitu dapat bola, kita berusaha bermain long pass. Tapi, lawan dapat beradaptasi lebih cepat karena mereka memang sudah hafal dengan karakteristik lapangan,” bebernya.
Dengan hasil ini, Laskar Lembu Suro muda terpaksa harus mengubur mimpi untuk berlaga di partai puncak. Namun, tim harus segera bangkit dan berbenah. Sebab target selanjutnya adalah meraih posisi ketiga. Perlu diketahui, di pertandingan lain, Persedikab Kediri mampu mengungguli Persewangi Banyuwangi dengan skor 3-1. Maka, lawan yang akan dihadapi di laga perebutan posisi ketiga nanti adalah Persewangi Banyuwangi. “Besok (hari ini, Red) kita adakan pertemuan tim. Bukan latihan, tapi hanya kelas motivasi. Kita ingin mental anak-anak bangkit dan tetap fokus menatap laga perebutan tempat ketiga,” ujarnya. (dit/c1/ady)