SEPERTI yang kita tahu bahwa broken home saat ini telah menjadi problematika di kalangan masyarakat khususnya dalam lingkungan keluarga. Kita sering mendengar kata broken home ini baik secara langsung seperti curhatan teman atau saudara, maupun tidak langsung seperti di media sosial. Permasalahan broken home ini sering terjadi di berbagai kalangan anak-anak, remaja, bahkan hingga dewasa.
Lalu apa sih broken home itu? Broken home merupakan perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga dan membentuk suatu ketidakharmonisan sehingga menyebabkan perpecahan. Perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga memiliki risiko terjadinya perceraian antara suami dan istri.
Jika membahas mengenai persoalan broken home yang pembahasannya tidak jauh mengenai keluarga, maka ingatkah dengan teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh seorang sosiolog yang bernama Talcott Parsons? Menurutnya keluarga merupakan sistem yang terdiri dari substruktur dan memliki fungsinya sendiri. Dalam prespektif fungsionalisme keluarga merupakan prantara sosial primer (utama) dalam melakukan kontrol sosial dan pendidikan pertama bagi seorang anak.
Apabila keluarga sebagai sistem tidak berfungsi dengan baik maka keluarga akan menjadi tidak harmonis. Hal itu tentu akan memengaruhi masa pertumbuhananak yang telah menjadi korban broken home dari kedua orang tua nya sehingga pertumbuhannya tidak dapat berkembang dengan baik.Bila pertumbuhan anak tidak berkembang dengan baik maka dapat memengaruhi perilaku, karakter,dan psikis anak.
Hal tersebut terjadi karena di masa pertumbuhan anak yang ia lihat yaitu perselisihan di dalam keluarganya seperti pertengkaran kedua orang tua nyayang bahkan akan menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sehingga membuat anak memiliki perilaku menyimpang, menimbulkan traumatis, dan menurunnya akademis sekolah.
Bila dilihat dari permasalahan yang kerap terjadi, perilaku menyim pang dari anak broken home cenderung melakukan hal–hal negatif, contohnya seperti membolos sekolah, bersikap kasar, merisak temannya di sekolah, dan lain sebagainya. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak broken homememiliki tujuan yaitu untuk mencari perhatian di luar yang tidak didapatkan dari kedua orang tuanya. Peran orang tua sangat penting dalam melakukan kontrol sosial terhadap anak yaitu memberi perhatian, pengawasan, arahan, dan pendidikan yang baik di rumah sehingga anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Bukan hanya itu saja, broken home akan memengaruhi psikis anak menjadi terguncang hingga memunculkan trauma tersendiri terhadap anak, misalnya kehilangan rasa kepercayaan terhadap orang lain terutama kaum laki–laki atau pasangannya.
Selain itu broken home juga dapat membuat komunikasi antara orang tua dengan anak menjadi kurang sehingga anak mempunyai sifat tertutup dan juga konsentrasi dalam belajar menjadi menurun yang dapat membuat nilai sekolahnya kurang memuaskan.
Bagi anak broken home rumah merupakan hal yang buruk untuk mereka. Sehingga pergi bermain atau mencari ketenangan di luar rumah lebih baik daripada tinggal di rumah yang membuatnya tidak nyaman akibat perselisihan yang terjadi di dalam keluarganya.
Padahal kita tahu bahwasanya rumah merupakan tempat untuk beristirahat dari kelelahan sehingga membutuhkan kenyamanan di dalam rumah. Akan tetapi bagi anak broken home tidak mendapat kan kenyamanan di dalam rumah melainkan tekanan, sedih, stres, depresi, dan lain sebagainya. Maka dari itu mereka bahkan sampai salah pergaulan karena dalam masa pertumbuhannya tidak ada kontrol sosial yang baik.
Anak broken home yang terjun ke dalam pergaulan bebas dapat meresahkan masyarakat sehingga menurut anak broken home hal itu dapat menarik perhatian masyarakat. Namun, terdapat sisi positif yang dapat diambil yaitu dengan adanya broken home. Anak akan menjadi lebih mandiri sebab ia sering mengerjakan suatu hal seorang diri.
Selain itu anak akan memiliki pemikiran yang lebih dewasa dalam menyikapi suatu permasalahan dengan bijak. Bukan hanya itu saja akan tetapi anak juga akan menjadi pribadi yang kuat dalam menghadapi berbagai permasalahan dan bahkan anak mempunyai tekad diri yaitu ingin menunjukkan atau membuktikan bahwa meskipun anak yang berasal dari keluarga broken home tetapi ia dapat menjadi orang yang sukses, berhasil dan berprestasi ke depannya.
Hal itu terbukti dari beberapa artis Indonesia yang berasal dari keluarga broken home akan tetapi ia menjadi orang yang sukses dan berhasil. Salah sa tunya yaitu Reza Rahadian yang saat ini dianggap menjadi aktor terbaik dan tersukses di Nusan tara. Solusi yang dapat dilakukan supaya broken home tidak meme ngaruhi anak ke hal yang negatif akan tetapi dapat memengaruhi anak ke hal yang positif sehingga pertumbuhan anak dapat berkembang dengan baik.
Berikut ini upaya yang dapat dilakukan oleh anak broken home dan juga kedua orang tuanya. Pertama, anak broken home menerima keadaan dengan lapang dada se hingga dapat membuat pikiran tenang dan tidak mudah stres. Kedua, anak broken home menyibukkan diri dengan melaku kan kegiatan–kegiatan positif seperti mengikuti organisasi, ektrakurikuler, membaca buku yang dapat menambah pengeta huan dan wawasan.
Ketiga, sebisa mung kin orang tua diu sa hakan tidak bertengkar di hadapan anak. Keempat, jika perceraian memang adalah jalan yang terbaik untuk dilakukanmaka bercerai dengan cara baik–baik dan tetap memberi kontrol sosial yang baik kepada anak. (*)
Oleh: ANISTYA PERMATASARI