TRENGGALEK – Korek gas bekas bagi banyak orang hanya sebatas sampah yang seharusnya dibuang. Namun, hal berbeda dilakukan Budi Irawan. Dia memanfaatkan barang rongsokan bahkan limbah tersebut menjadi aset untuk dijadikan miniatur robot.
Miniatur mainan robot seperti gundam tertata rapi di meja kecil sebuah rumah masuk wilayah Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, kemarin (1/3). Berbagai miniatur tersebut terlihat sangat menarik hingga tidak sedikit yang menyangka bahwa itu dibeli dari toko. Ternyata anggapan tersebut salah, sebab mainan itu dibuat oleh Budi Irawan. Bahkan yang lebih mencengangkan lagi, bahan baku untuk membuat miniatur tersebut dari limbah korek gas. “Ada beberapa komponen korek yang nggak cocok untuk part suatu robot, tapi bisa dipakai untuk part miniatur hewan. Jadi, satu bahan bisa untuk beberapa model,” katanya kepada Jawa Pos Radar Trenggalek.
Sebenarnya, Budi belum lama berkecimpung dalam dunia kreasi tersebut. Hal itu bermula dari kesukaannya terhadap mainan robot hingga ingin membuat mainan sendiri. Dalam proses itu, pembuatan yang dilakukan dengan bahan kayu yang mudah didapat. Untuk memperindah miniatur buatannya diberi tambahan cat warna dan mirip dengan apa yang diinginkan. “Setelah itu, miniatur robot saya unggah di media sosial (medsos) dan mendapatkan berbagai tanggapan,” katanya.
Tanpa diduga, ternyata hasil karya tersebut dilihat oleh seorang yang bergelut di bidang miniatur. Dirinya lantas dimasukkan dalam grup para pembuat miniatur robot tersebut. Dari situ, Budi mendapatkan lebih banyak kenalan, pengalaman hingga ilmu baru tentang cara pemembuatannya hinngga dirinya memutuskan untuk membuat miniatur dari limbah korek gas.
Namun saat itu dirinya memiliki kendala, yaitu bahan baku korek gas yang digunakan tidak ada di Trenggalek dan sekitarnya. Sebab, korek gas yang digunakan untuk membuat miniatur tersebut ukurannya lebih besar dari yang biasa digunakan masyarakat Trenggalek pada umumnya.
Karena itu, dirinya terus berkoordinasi dengan rekan-rekannya dalam grup pembuat miniatur robot untuk keperluan bahan baku pembuatannya. Gayung pun bersambut, ternyata salah satu rekannya menyetujui hingga siap mengirimkan limbah korek gas seperti yang diinginkan. “Karena termasuk limbah, pastinya harga yang saya dapat lebih murah, yaitu Rp 50 ribu untuk 100 buah korek gas bekas. Ini juga mengurangi limbah,” imbuh pria 28 tahun ini.
Setelah itu, dirinya langsung memulai pembuatannya. Setidaknya untuk satu hasil karya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu. Sebab, proses pembuatannya tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru. Lantaran butuh ketelatenan, ketelitian, dan kecerdasan untuk menggabungkan komponen dalam korek gas bekas tersebut. Setiap kali pembelian 100 buah korek api, biasanya hanya bisa menghasilkan dua sampai tiga miniatur robot, tergantung tingkat kesulitan. “Sementara ini saya membuatnya untuk mainan sendiri, namun juga menjualnya jika ada yang menginginkan. Sedangkan jika ada yang memesan pastinya saya selalu berkata jangan terburu-buru, sebab proses pengerjaan dilakukan jika ada waktu luang sepulang bekerja,” jelasnya.(*/c1/rka)