TRENGGALEK – Persaingan tidak sehat terjadi antarpelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Karena itu pelatihan saja tidak cukup, perlu adanya langkah lain agar mereka bisa saling berkolaborasi. Jika ada pesanan dalam jumlah yang banyak, mereka bisa bekerja sama untuk memenuhi bukan saling bersaing. Dari situ perekonomian yang ada bisa meningkat. “Kami menginginkan hal itu, sehingga antarpelaku UMKM bisa saling sharing ilmu dan usahanya sama-sama jalan,” ungkap Bupati Trenggalek Moch. Nur Arifin.
Dia melanjutkan, sehingga bagi pelaku UMKM yang produknya bagus dan diminati pasar, bisa mengajari pelaku usaha sejenis yang produknya kurang bagus. Bersamaan itu, juga sharing ilmu perihal cara memasarkannya. Dengan demikian, kualitas produk yang ada bisa saling meningkat. “Jadi dengan itu perlu kerukunan antarpelaku UMKM, sehingga mereka bisa berkolaborasi dan mudah menjalin komunikasi dengan pemkab,” katanya.
Itu perlu dilakukan, sebab pemkab memiliki berbagai kebijakan terkait hal tersebut. Dari situ para pelaku UMKM bisa menyambut berbagai peluang akan kebijakan tersebut. Sebab selain pemkab merencanakan ada lima ribu pengusaha perempuan baru, ke depan juga ada kebijakan bagi pegawai di lingkungan pemkab untuk memakai baju bebas berupa produk UMKM setiap hari Jumat. Sementara itu, untuk hari Kamis memakai pakaian adat berbentuk baju surjan dengan bawahan batik. Hal tersebut akan menggerakkan UMKM yang ada.
Tidak ketinggalan, jika antarpelaku UMKM bisa saling bekerja sama, pastinya produk yang dihasilkan bisa dilakukan ekspor. Tentunya ini dengan memanfaatkan para diaspora. “Pertumbuhan ekonomi yang ada saat ini, salah satunya ditopang oleh para pelaku UMKM. Jadi, jika semua pelaku dapat menjalankan usahanya dengan baik, pastinya perekonomian tumbuh,” jelas Ipin.(jaz/c1/rka)