TRENGGALEK – Potensi wilayah rawan longsor di sepanjang jalan nasional Trenggalek-Ponorogo ternyata merata. Jika sebelumnya di antara KM 16 hingga KM 18, kali ini KM 15 yang notabene lebih dekat ke wilayah bawah juga menyimpan hal yang sama. Meskipun pada peristiwa terakhir tidak sebesar sebelumnya, alhasil penanganan harus disegerakan.
Buktinya, Selasa (15/2) sekitar Pukul 17.30 WIB, longsor susulan kembali lagi terjadi, namun kali ini berada di antara KM 15 dan 16. Kendati tidak mengakibatkan korban jiwa, namun material longsor tersebut menutup bahu jalan hingga akses Trenggalek-Ponorogo dan sebaliknya ditutup total. Barulah pada sekitar pukul 19.30 WIB diterapkan sistem buka tutup jalur untuk mengurangi kemacetan. “Diperkirakan saat itu tebing longsor setinggi 20 meter dan lebar mencapai 10 meter yang mengakibatkan material tanah dan pepohonan menutup jalan,” ungkap Kasi Humas Polres Trenggalek Iptu Suswanto.
Dia menambahkan, begitu mendapat informasi, polisi langsung bekerja sama dengan sejumlah pihak guna melakukan penanganan. Penanganan dengan cara pembersihan di lokasi harus segera dilakukan, mengingat jalur merupakan jalan yang cukup ramai dan penghubung utama Kabupaten Trenggalek–Ponorogo. Karena itu selain dilakukan pembersihan juga disiagakan personel untuk menutup arus. “Setelah pembersihan selesai, kami akan tetap melakukan pengawasan di lokasi sehingga jika ada longsor susulan petugas bisa bergerak cepat untuk melakukan penanganan,” katanya.
Hal tersebut diakui oleh Pejabat Sekretaris Daerah (Sekda) Trenggalek Andriyanto. Sejatinya tebing di KM 16 hingga 18 merupakan daerah yang rawan longsor. Buktinya, kendati dibangun tembok penahan tebing di area tersebut, longsor masih saja terjadi namun dampaknya bisa diminimalkan. Namun di luar dugaan, titik lain yang sebelumnya tidak diprediksi terjadi longsor mengakibatkan jalur ditutup total. “Kami menyadari bahwa bencana tidak bisa dicegah. Namun sekiranya dengan upaya yang telah dilakukan bisa mengurangi dampak yang dihasilkan,” imbuhnya.
Karena itu, ke depan pemkab akan kembali mengusulkan pembangunan tembok penahan tebing tersebut di beberapa titik lainnya. Tujuannya sebagai langkah antisipasi jika terjadi longsor susulan. Mengingat arus lalu lintas di lokasi padat, di daerah tersebut terdapat Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Tugu, juga anjungan cerdas milik Pemprov Jatim. Sementara ini, para pemkab mengajukan dua titik rawan untuk dibangun tembok penahan tebing pada area KM 16 dan 18.
Selain itu juga akan terus berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN). Hal itu terkait kondisi tanaman yang ditanam di area tersebut berupa jenis Sengon Buto, jenis tanaman tersebut akarnya tidak sampai ke tanah melainkan hanya menumpang sehingga rawan roboh. “Hal ini akan segera saya usulkan ke pusat guna melakukan penanganan,” jelas Staf Ahli Gubernur Jawa Timur (Jatim) Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik tersebut.
Seperti yang diberitakan, hujan yang mengguyur Trenggalek Minggu (13/2) lalu mengakibatkan bencana longsor di wilayah Jalan Ponorogo-Trenggalek KM 16-18. Akibatnya, jalur lalu lintas di tutup total karena material longsor menutup seluruh bahu jalan. Setelah ditutup selama sembilan jam, akhirnya proses pembersihan selesai dan arus lalu lintas bisa kembali pulih. Karena itu, Pj Sekda melakukan peninjauan di lokas dan depan akan bekerja sama dengan perguruan tinggi guna melakukan kajian akademik penanganannya. (jaz/c1/rka)