BLITAR – Pandemi korona membawa dampak serius terhadap pelaku usaha. Hal ini juga dirasakan Dwi Santoso. Puluhan tahun menjadi koki profesional, warga Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul ini harus kreatif untuk menambah ekonomi keluarga.
“Gudeg ini sudah waktunya dipanaskan,” ucap Dwi Santoso kepada rekannya di salah satu rumah makan di wilayah Kecamatan Kepanjenkidul, kemarin (25/1).
Dia melihat ada beberapa kudapan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda tidak segar. Hal ini merupakan insting yang dimiliki koki alias juru masak, untuk memastikan makanan tetap tersaji dengan baik. Jangankan rasa dan kualitas, sedikit saja kesalahan dalam penyajian makanan bisa menjadi masalah di kemudian hari. Dwi paham betul pentingnya kualitas makanan. Tak kurang dari 20 tahun dia bersahabat dengan berbagai jenis peralatan dapur, sehingga tak heran jika dia begitu peka terhadap perubahan kondisi makanan. Sayang, setahun terakhir aktivitas tersebut sedikit bergeser.
Dia tak lagi fokus meramu makanan, tapi juga menjadi petugas di dinas lingkungan hidup di Bumi Bung Karno. Membantu mempercantik kota menjadi tugasnya kini. “Karena pandemi korona banyak usaha yang gulung tikar. Tidak hanya usaha kecil, usaha yang besar juga galau hari ini,” tuturnya.
Warga Kelurahan Sentul ini paham tantangan yang dialami oleh pelaku usaha. Untuk itu, ketika melihat bos besarnya galau dia juga sadar dan tidak banyak menuntut. Mencari aktivitas tambahan menjadi salah satu pilihan. Akhirnya setahun terakhir dia bergabung dengan dinas lingkungan hidup (DLH).
Bukannya tidak sayang dengan pekerjaan baru. Dwi tetap gatal tangan dan sulit berjauhan dari dapur. Karena itu, dia tetap mencari kegiatan lain yang berhubungan dengan kepiawaiannya meski sudah memiliki pekerjaan. “Saya sudah 20 tahun jadi juru masak, jadi sulit untuk lepas dari dapur,” akunya. Profesionalitas menjadi kunci hidup Dwi.