TRENGGALEK- Menjadi seorang juru pelihara (jupel) suatu cagar budaya bukan perkara gampang. Selain memiliki tanggung jawab dalam menjaga, juga mempertahankan tradisi yang ada di wilayah tersebut dan harus siap melayani tamu yang datang. Ini yang dilakukan oleh Eli Sunarko, jupel Belik Sumbergedong. Sejak dipercaya menjadi jupel sekitar 14 tahun lalu, selain aktif membersihkan, dia juga selalu setia mengantarkan setiap orang yang ingin mencari air.
Acara bersih desa di Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan Trenggalek pada tahun ini telah berakhir Sabtu (4/6) kemarin. Itu ditandai dengan pesta rakyat di area kelurahan tersebut serta makan bersama, sebagai wujud rasa syukur dan kerukunan masyarakat yang ada. Namun, hal tersebut tidak membuat tugas Eli Sunarko, jupel Belik Sumbergedong, berhenti.
Sebab, dirinya hampir setiap hari harus datang dari rumahnya ke lokasi belik yang berjarak sekitar 1 kilometer untuk mengantarkan pengunjung. Kebanyakan pengunjung ingin mengambil air dari sumber tersebut untuk kemudian dikonsumsi secara langsung. Itu karena mereka meyakini air yang ada pada sumber tersebut bisa menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Air di sini sangat jernih dan segar sehingga semua yang mencari air ini menggunakannya sebagai jamu, tutur Eli Sunarko ketika berbincang dengan Jawa Pos Radar Trenggalek.
Tak ayal hal tersebut membuat masyarakat dari luar daerah datang untuk mencari air. Bahkan, di beberapa kesempatan pada tengah malam, dirinya kerap kedatangan tamu dari berbagai daerah yang minta untuk diantarkan ke lokasi yang dipercaya menjadi petilasan Eyang Patih Singoyudo Manggoloyudo itu. Mengetahui hal tersebut, pastinya dengan senang hati, dirinya mengantarkan orang tersebut. Memang ada tapi tidak sering, biasanya selain mencari air, orang itu ingin melakukan suatu acara di lokasi belik, katanya.
Itu terjadi lantaran kendati sebagai jupel bukan jabatan pekerjaan yang bergengsi, tetapi hal tersebut merupakan amanah sehingga harus dijalani dengan ikhlas. Untuk itu pada berbagai kesempatan pada momen-momen tertentu, Mbah Bo, sapaan akrabnya, dengan sabar melayani setiap pengunjung untuk melakukan suatu acara. Biasanya acara yang dilakukan orang tersebut adalah berdoa dan diakhiri dengan mengambil air di sumber tersebut. Namun dalam hal ini yang perlu diingat, jika doanya tersebut terwujud, yang mengabulkan doa adalah Tuhan Yang Maha Esa, jadi air yang ada pada belik tersebut hanya sebagai perantara.
Cara pengambilannya sendiri relatif masih manual yaitu menggunakan gayung atau sejenisnya. Biasanya orang melakukannya dengan cara menimba. Hal itu dilakukan karena di lokasi tersebut belum tersedia mesin pompa air. Karena itu sejak beberapa tahun lalu, dirinya mengusulkan ke pemerintah kelurahan agar disediakan mesin pompa air. Tujuannya agar masyarakat yang ingin mengambil air tersebut bisa melakukannya dengan mudah ketika dirinya bepergian. Sebab, sumber air yang ada terletak di dalam gedung yang selalu dikunci jika tidak ada pengunjung.
Tidak ketinggalan, selain itu juga mengupayakan adanya sambungan listrik. Itu dilakukan agar bisa dengan mudah jika membutuhkan aliran listrik untuk melakukan berbagai acara khususnya pada malam hari. Sebab, selama ini lampu yang ada di lokasi meminta aliran listrik dari rumah tetangga terdekat. Selain diminta untuk menjaga belik, dirinya juga diminta untuk menjaga dan mempertahankan budaya atau tradisi yang ada selama ini.
Alasannya karena perkembangan zaman mengakibatkan perkembangan budaya, karena itu tidak menutup kemungkinan masuknya budaya dari luar yang disebut budaya kekinian akan berdampak pada budaya lokal. Dari situ, dirinya bakal sekuat tenaga dalam mempertahankannya dan sangat respek kepada generasi muda yang getol dan antusias dalam mendalami kearifan budaya lokal. Jadi mempertahankan budaya adalah tugas kita bersama sebagai generasi yang ada saat ini. Sedangkan acara yang ada di belik sini, seiring perkembangan zaman dulu hanya dilakukan dengan upacara syukuran saja, saat ini dilengkapi kesenian jaranan sehingga sangat bagus sebagai kegiatan dalam menjaga warisan leluhur, ungkap pria 50 tahun ini yang bertugas sejak sekitar 2008 lalu.(*/c1/rka)