TULUNGAGUNG – Euforia game online terus terlihat di sudut-sudut warung kopi dan kafe yang terhubung dengan koneksi internet dan Wifi. Namun, siapa sangka Kabupaten Tulungagung berprestasi pada bidang tersebut. Dengan demikian, tidak hanya atlet olahraga fisik yang berprestasi usai pulang dari PON Papua 2021.
Tim perwakilan E-sport Indonesia (ESI) Tulungagung, AJFC, juga baru saja memberikan prestasi dan mengharumkan nama kampung halaman di kancah provinsi. Yaitu dengan menjadi juara kedua pada kejuaraan provinsi (kejurprov) yang diadakan di salah satu mal Surabaya pada awal Desember lalu.
“Kami mendapatkan juara 2, namun tidak gampang karena harus melawan 28 lawan dari masing-masing wakil dari seluruh kota di Jawa Timur. Sayangnya, kami harus mengakui keunggulan dari wakil Kabupaten Situbondo,” ujar Ketua ESI Tulungagung, Matlaul Ngainul Aziz.
Menariknya, untuk mewakili ESI Tulungagung ke kompetisi tersebut, terdapat seleksi yang ketat kepada tim e-sport Kota Marmer. Dalam seleksi itu, kebetulan yang lolos dan mewakili ikut kejurprov yaitu tim bernama AJFC. Tentu penuh pertimbangan karena tim tersebut sering mengikuti turnamen lokal atau regional nonlembaga, bahkan sering bawa pulang piala.
Tim AJFC yang mengikuti kejurprov yakni empat orang, di antaranya GYO Hadyan Tamimi, Rindo Novanda, Ainaka Fansnega, dan Reva Yulianta Budi Sekonda. Keempat anak tersebut asli dari Kecamatan Tulungagung, yang bermain pada e-sport jenis Player Unknown’s Battle Grounds (PUBG).
Sayangnya, blunder pada laga final dan harus mengakui keunggulan dari tim Situbondo yang menjadi juara satu. Mereka dalam kompetisi membutuhkan waktu seminggu untuk persiapan dan siap bermain di kejurprov. Terbukti waktu latihan terforsir tiap harinya dengan delapan hingga dua belas jam memandangi ponsel. Memang latihan itu tidak mengkhianati hasil dan akhirnya dapat pulang dengan membawa piala.
“Kami menargertkan juara 1 dalam kompetisi ini, karena pada permainan pertama dan kedua menang telak. Namun kesenangan itu tidak bertahan lama, pada permainan terakhir harus kalah poin, sehingga juara 1 direbut kota lain,” terangnya.
Meskipun Aziz pernah bersilaturahmi kepada Bupati Maryoto Birowo beberapa waktu lalu, namun hasilnya hanya perkenalan dan pengarahan untuk gabung dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tulungagung. Respons KONI saat bergabung juga biasa saja, bahkan saat dikabarkan adanya prestasi ini apresiasinya hanya dihormati. Karena itu Aziz berharap nantinya atlet e-sport dapat lebih diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Tulungagung. Selain itu, adanya pemberdayaan atlet-atlet dapat lebih intensif.
“Bagi saya game online atau e-sport tidak hanya sekadar mainan saja, karena masih banyak manfaat bila dapat menguasai dalam bidang ini. Dengan demikian, adanya ESI dapat menghilangkan stigma negatif pada game online,” pungkasnya. (jar/c1/din/dfs)