ePaper Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
Saturday, March 25, 2023
  • Home
  • ePaper
  • About Us
  • Contact
  • Career
No Result
View All Result
  • Home
  • ePaper
  • About Us
  • Contact
  • Career
No Result
View All Result
ePaper Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
No Result
View All Result
Home Sosok

Cerita Kacuk Wibisono jadi Pembudidaya Lobster di Trenggalek

by Ma'rifatul Falakh
in Sosok
0

TRENGGALEK – Makanan lobster. Semua orang pasti mengenalnya sebagai makanan yang memiliki harga mahal. Namun siapa sangka, udang besar dari laut tersebut ternyata berhasil dibudidayakan di Teluk Prigi, masuk Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo. Ini seperti yang dilakukan oleh Kacuk Wibisono.

Hidangan lobster. Mendengar namanya saja, beberapa orang akan berpikir dua kali untuk membelinya. Sebab, dipastikan harganya akan menguras kantong, apalagi disajikan di rumah makan atau restoran terkenal. Namun siapa sangka, cara membudidayakan lobster sudah dilakukan masyarakat di sekitar Pantai Prigi.

Bahkan, beberapa warga setempat sudah bertahun-tahun membudidayakan lobster di perairan tersebut, salah satunya Kacuk Wibisono. Ini terlihat dari keramba miliknya yang masih terapung di area Pantai Mutiara.

Saat itu terlihat jelas ketika dia melihat lobster budi dayanya. Sesekali dia melihat kondisi peliharaannya tersebut, apakah sudah siap jual atau masih perlu dilakukan budi daya lagi. Sebab, dia dan kawan-kawan lainnya tidak ingin hanya mengambil keuntungan dari budi daya tersebut, tetapi juga ingin tetap melestarikannya agar anak cucu ke depan juga bisa menikmati hasil laut yang melimpah tersebut. “Saya mulai aktif budi daya lobster sekitar 2019 lalu, saat Bu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu Susi Pudjiastuti, Red) berkunjung ke sini (Pantai Mutiara, Red),” ungkap Kacuk Wibisono kepada Jawa Pos Radar Trenggalek.

Itu terjadi karena saat itu Susi menyebut bahwa perairan Pantai Mutiara bagus apabila dimanfaatkan untuk budi daya lobster. Karena itu, Kacuk, sapaan akrabnya, terinspirasi untuk mulai budi daya binatang laut tersebut. Ditambah, saat itu belum ada nelayan yang membudidayakan lobster di wilayah Trenggalek dan sekitarnya. “Saya dan teman-teman termotivasi karena saat itu benur (benih lobster) lebih banyak ditangkap untuk dijual,” katanya.

Apalagi, saat itu aktivitas jual beli bayi benur masih ilegal sehingga banyak oknum yang diamankan karena hal tersebut. Itu terjadi karena aktivitas jual beli benur yang masih kecil mengancam keberadaan lobster ke depan. Karena jika yang kecil ditangkap, pastinya tidak ada lobster yang bertelur hingga terancam punah. Jadi, saat itu dia dan teman-temannya berusaha membuat keramba untuk melakukan budi daya.

Bermodal kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, dia mulai membudidayakan lobster. Langkah pertama yang diambil adalah membuat keramba berbentuk balok dengan masing-masing sisi 3 meter dan tinggi 4 meter. Lalu, keramba ditempatkan di dua lokasi yang berbeda, tetapi semuanya berada di Teluk Prigi. Setelah itu, keramba diisi benur yang dibeli dari nelayan setempat.

Jika keramba telah terisi, budi daya dimulai. Yaitu, dengan melihat benur pada waktu tertentu. Sebab, di Teluk Prigi, tepatnya di sekitar Pantai Mutiara, Kacuk mengaku tak susah untuk membudidayakan lobster. Alasannya, pakan tersedia melimpah di lautan sehingga Kacuk biasa mencari pakan lobster dengan melaut. Pakan yang sering dipakai adalah beberapa jenis kerang dan ikan. Dari situ, modal untuk pakan mungkin cuma bahan bakar minyak (BBM) untuk melaut saja.

Bermodal kemampuannya tersebut, dia mulai membudidayakan benur atau lobster dengan berat atau ukuran yang beragam seperti sekitar 1 ons. Ukuran 1 ons tersebut perlu empat bulan agar ukurannya bisa jadi 1,6 ons. Sementara untuk mencapai ukuran yang sama, dari bibit yang masih berupa benur, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun. Dari situ, dia pernah membudidayakan lobster ukuran 1 kilogram (kg) lebih. “Total, hingga saat ini saya sudah panen sembilan kali. Delapan kali panen hamper sukses 100 persen,” imbuh pria yang juga sebagai pengelola rumah apung di Pantai Mutiara ini.

Sementara ini, Kacuk membudidayakan lobster beraneka jenis seperti lobster pasir, batu, dan batik pada 20 keramba. Untuk mengisi satu keramba, modal yang dikeluarkan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta. Dengan modal itu, ketika waktunya panen, satu keramba bisa menghasilkan sekitar Rp 15 juta sehingga keuntungannya antara Rp 9 juta hingga Rp 10 juta setiap panen.

Soal pasar, Kacuk mengaku tidak kesulitan karena biasa menjual hasil panennya ke pengepul yang punya jaringan ekspor. Sebab, ketika awal budi daya, dia memang berniat untuk menghasilkan lobster berkualitas bagus yang layak dikirim ke luar negeri. Alasannya, jika dijual pasar lokal sedikit susah karena harga lobster cukup mahal. Selain jaringan pasar, dia juga jeli melihat peluang. Saat harga lobster di bawah Rp 300 ribu per kilogram (kg), dia pasti a tidak akan memanen hasil budi dayanya. Sebab, ada saat-saat tertentu harganya bisa naik hingga Rp 600 ribu per kg.

Dengan kesuksesannya tersebut, ke depan, dia berencana untuk mengembangkan budi daya menggunakan keramba dasar. Saat ini, dia masih memanfaatkan keramba atas karena kedua keramba itu memiliki perbedaan sistem budi daya. Itu seperti keramba atas memanfaatkan jaring yang mengambang ke dalam permukaan laut, sedangkan keramba dasar memanfaatkan kerangkeng besi dan ditaruh di kedalaman antara 10 hingga 15 meter. “Salah satu kelebihan keramba dasar adalah lebih tak terpengaruh terhadap musim. Dan saya akan tetap menekuni budi daya lobster ini karena lebih menguntungkan daripada budi daya hasil laut lain seperti udang vaname. Sebab, selain ongkos perawatan lebih murah, karena yang utama pakannya, jadi saya tiap hari harus memberi pakan,” jelas Kacuk.(*/c1/rka)

Tags: kabupaten trenggalekkota trenggalekperistiwa trenggalekradar mataramanradar trenggalektrenggalektrenggalek hari initrenggalek update
ShareTweetSendShareShare

Leave a Reply Cancel reply

Connect with:
Facebook Google Twitter

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Call us: +1 234 JEG THEME
No Result
View All Result
  • Home
  • Politics
  • Sports
  • Travel

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.