KOTA BLITAR – Para pedagang pasar loak segera berhijrah ke lokasi baru. Februari nanti sebagian pedagang mulai direlokasi ke kios baru di kompleks pasar hewan dimoro. Mau tidak mau, pedagang harus mbabat lagi dari nol.
Menjelang siang, lorong pasar loak yang berada di sisi utara pasar templek (pasar tradisional) itu tampak lengang. Beberapa pedagang terlihat duduk-duduk santai di kiosnya. Sebagian yang lain sibuk melayani calon pembeli.
Tidak semua kios di pasar loak tersebut buka. Mulai dari ujung timur hingga ujung barat, bisa dihitung berapa jumlah kios yang buka. Belakangan diketahui, sepinya pembeli membuat sebagian pedagang menutup kiosnya sementara. Apalagi semenjak pandemi Covid-19 mendera.
Ya, pasar loak di pasar templek selama ini menjadi satu-satunya pusat perdagangan barang bekas yang yang cukup di kenal sebagian besar masyarakat Blitar. Di sanalah, berbagai barang bekas dijual terutama onderdil atau sparepart kendaraan. Mulai dari sepeda motor hingga mobil.
Pasar loak tersebut mungkin sudah melekat dalam benak pecinta barang-barang bekas. Di lorong pemisah antara pasar loak dan pasar templek itulah transaksi jual-beli bergeliat. Tawar-menawar antara pedagang dengan pembeli menjadi pertunjukkan ”seni” sehari-hari. Harga cocok, sepakat, lanjut bungkus bawa pulang.
Kalaupun tidak cocok, calon pembeli bisa berkunjung ke kios pedagang lain. Siapa tahu, barang yang dicari ada dan bisa ditawar lebih murah. Yang pasti, setiap pedagang sudah memiliki pelanggan.”Prinsip saya, dimanapun direlokasi, nantinya pelanggan pasti mencari,” ungkap RM, salah satu pedagang loak yang enggan disebutkan namanya saat ditanya rencana relokasi oleh pemkot Blitar Kota, kepada koran ini kemarin (16/1).
Ya, RM menjadi salah satu pedagang yang terdampak relokasi. Pedagang onderdil kendaraan bekas ini sudah puluhan tahun menempati kiosnya yang berada sisi utara pasar templek. Tepatnya di deretan bagian timur.
RM sudah mengetahui rencana relokasi pedagang pasar loak. Kabarnya, relokasi dilaksanakan Februari mendatang. Namun, dia mengaku belum mendapat informasi maupun sosialisasi dari dinas terkait.”Saya dapat info dari pedagang lain. Sepertinya belum ada sosialisasi dari dinas terkait,” ungkapnya.
Dia mengaku siap apabila nantinya direlokasi. Menurutnya, relokasi tersebut bagian dari upaya pemkot untuk menata pasar agar lebih sedap dipandang. Terlebih, rencana relokasi pedagang pasar loak sudah lama didengungkan oleh pemkot sejak 2019 lalu.
Saat itu, relokasi bebarengan dengan relokasi pedagang pasar templek. Pasar tradisionial tersebut juga direvitalisasi. Namun, pasar gagal terbangun. Padahal, sebagian pedagang sudah direlokasi ke tempat lain.
Hingga akhirnya, revitalisasi pasar templek baru terealisasi pada 2022 lalu. Tahun ini, pembangunan dilanjutkan pada bagian timur. Nah, karena nantinya ada proses pembangunan pasar templek bagian timur, pemkot pun segera merelokasi pedagang loak sisi timur. “Saya manut saja direlokasi. Tapi, fasilitas di sana harus lengkap khususnya untuk fasilitas keamanan,” ujar perempuan berjilbab ini.
Dia tidak ingin ketika boyongan ke kios baru ternyata fasilitas belum lengkap. Apalagi, pintu kios belum terpasang.”Memindahkan barang-barang ke sana kan tidak sekali dalam sehari. Barang saya ini banyak dan berat jadi harus bertahap. Jika belum selesai, lalu barang ditinggal di sana, kan rawan,” terangnya.
Sejauh ini, RM juga belum mengetahui langsung kios baru yang bakal ditempatinya. Apakah kios baru tersebut jauh lebih luas dari kios lama atau malah lebih sempit. “Kata teman pedagang loak lain, kios baru ukurannya lebih sempit. Nggak sampai dua meter persegi. Kalau kios lama ini ukurannya 3×3 meter,” katanya.
RM sebenarnya ingin melihat langsung kondisi kios baru di pasar Dimoro. Namun, hingga kini belum sempat menengok ke sana.”Katanya sih sudah ada data nama-nama pedagang yang bakal menempati kios baru tersebut,” imbuhnya.
Pedagang lain, Ahmad Agus mengaku siap jika harus direlokasi. Menurutnya, relokasi tersebut merupakan kebijakan dari pemkot. “Saya ikut saja. Toh, tempat relokasinya sudah disiapkan. Dan yang pasti lebih layak,” ungkapnya.
Soal ukuran kios, pria 45 tahun itu, tidak mempermasalahkan. Entah lebih luas atau lebih sempit. Yang penting, fasilitas keamanan di kios baru jauh lebih ketat.
Namun, ketika nanti menempati kios baru, tentu Agus memulai lagi dari nol. Sebab, selain kios dan lokasi baru, dia terancam kehilangan pelanggan. “Ya, mau tidak mau babat lagi. Pelanggan nantinya juga harus rela mencari lokasi baru,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar Hakim Sisworo mengatakan, relokasi pedagang loak bakal dilaksanakan Februari. Sebelum relokasi, dinas akan menggelar sosialisasi terlebih dulu.”Rencana minggu depan (sosialisasi, Red). Sekalian penataan pedagang untuk tahap 1,” ujarnya kemarin.
Jika tidak ada aral melintang, relokasi pedagang dilaksanakan pada 9 Februari mendatang. Relokasi bakal dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk pedagang bagian timur di pasar loak lama. Namun, Hakim tidak menyebut ketika ditanya berapa jumlah pedagang yang akan direlokasi.
Sementara itu, untuk relokasi pedagang tahap kedua, dinas belum bisa memastikan karena kios masih akan dibangun. Rencanannya, kios dibangun di sisi timur kios tahap pertama. “Nanti kami sosialisasi lagi untuk relokasinya,” katanya.
Terkait fasilitas yang belum lengkap di kios baru, dinas berjanji melengkapinya di tahun ini. Dinas masih menghitung kebutuhan anggaran untuk kelengkapan fasilitas termasuk pintu dan lain sebagainya. “Kalau instalasi listrik sudah ada. Tinggal pintu dan fasilitas pendukung lain. Targetnya tahun ini kami sempurnakan,” terangnya. (*)