KOTA BLITAR – Penantian pedagang Pasar Legi lantai 2 sekitar enam tahun itu akhirnya terbayar. Menempati kios yang layak untuk berjualan kembali. Itu setelah kebakaran hebat 2016 silam. Kemarin (31/3) Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar mulai mengoperasikan pasar di lantai 2 usai rampung dibangun.
Ketokan palu terdengar dari bagian tengah lantai 2 Pasar Legi. Penasaran, Jawa Pos Radar Blitar mendekati sumber suara tersebut. Dari kejauhan, tampak seorang pria tengah sibuk mengetok dinding dalam kios.
Dilihat lebih dekat, pria tersebut sedang memasang sesuatu di dinding putih itu. “Ini buat gantungan baju. Saya pasangi sendiri,” kata pria itu sambil tangannya sibuk mengoperasikan palu. “Sudah beberapa yang dipasang,” tambahnya.
Pria itu adalah Suyono. Salah seorang dari ratusan pedagang yang menempati kios di lantai 2 Pasar Legi itu. Mulai kemarin (31/3), pedagang yang sebelumnya memang memiliki kios di lantai 2 itu sudah diperbolehkan menempati lapaknya masing-masing. Pemkot sudah selesai membangun kios-kios pedagang di lantai 2 itu.
Model kios baru itu berbeda dari sebelumnya. Ukurannya sekitar 2×3 meter persegi. “Jika dibanding (kios, Red) dulu, yang sekarang sedikit lebih sempit. Tapi tidak masalah, yang penting sudah bisa jualan lagi di kios,” ujar pedagang yang sudah 30 tahun berjualan di Pasar Legi itu.
Memang diakui sebagian pedagang, luas kios baru sedikit berkurang dibanding sebelumnya. Namun, itu bukan menjadi masalah. Yang penting pedagang sudah bisa memiliki kios lagi untuk berjualan.
Nasib Suyono bisa jadi sedikit lebih beruntung dari sejumlah pedagang lain di lantai 2. Sebab, saat kebakaran terjadi, kiosnya tidak begitu terdampak. “Hanya bagian kios saja yang terkena. Barang dagangan di dalam masih aman,” ungkapnya, mengenang tragedi kebakaran hebat pada 2016 lalu.
Berbeda dengan rekan pedagang lainnya yang barangnya ludes terbakar dilalap si jago merah. Para pedagang hanya bisa pasrah melihat kebakaran yang memilukan itu. “Setelah kejadian itu, banyak juga teman-teman yang akhirnya tidak jualan lagi karena terkendala modal. Sebagian ada yang tetap berjualan dengan modal seadanya,” terangnya.
Seperti Suyono, pasca kebakaran itu dia memutuskan berjualan di tepi pasar. Memanfaatkan lantai pasar sebagai lapak untuk berjualan pakaian. Kemudian, setelah bangunan Pasar Legi yang terdampak kebakaran selesai dibangun, Suyono berpindah jualan di lorong lantai 1. “Saya diizinkan jualan di bawah. Saat itu lantai dua belum dibangun kios,” ungkap pria 68 tahun itu.
Suyono senang bisa kembali menempati kios untuk berjualan. Warga Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, itu hanya menempati satu kios. “Nomor kios yang saya tempati juga masih sama seperti awal,” ujarnya.
Usai dibangunnya Pasar Legi lantai dua itu, dia berharap pasar menjadi ramai kembali. Meskipun, itu tidak secepat seperti yang diinginkan. Dia juga menyadari, untuk bisa kembali normal seperti dulu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Terlebih, kondisi Pasar Legi kini jauh lebih tertata. Apalagi, dengan adanya fasilitas baru berupa travelator (tangga berjalan) diharapkan semakin menambah daya tarik konsumen. Pasar menjadi semakin ramai.
Hal senada juga diungkapkan pedagang lain, Sri Ernawati. Sama dengan Suyono, dia juga berjualan pakaian. Namun, nasibnya lebih sengsara. “Saat itu, semua dagangan habis terbakar. Kebetulan baru saja stok keperluan untuk anak sekolah,” kenang perempuan berjilbab ini.
Sebelum kebakaran, Sri menjual sepatu, sandal, dan tas. Dia memiliki 11 kios tempat jualan yang menyebar di beberapa titik di lantai 2. Sebagian dimanfaatkan untuk gudang.
Sudah menjadi garis takdir Tuhan, semua kiosnya terbakar. Sri hanya bisa pasrah saat itu. “Saya benar-benar shock. Sempat masuk rumah sakit,” ungkapnya.
Singkat cerita, pasca kebakaran Sri berupaya bangkit. Dia kembali membuka usaha dari nol. “Saya jualan keliling karena belum punya tempat. Lalu, saat proses pembangunan pasar Legi, saya jualan di lapak utara pasar. Selesai dibangun, saya kontrak kios di lantai 1 selama empat tahun,” katanya.
Sri harus merogoh kocek Rp 15 juta untuk mengontrak. Belum habis masa kontrak, kini dia menempati kios baru di lantai 2. “Kontrakan masih sisa 2 tahun. Tetapi tidak apa-apa. Di kios baru ini juga kami tinggal pakai saja. Tak ada ongkos lagi,” akunya.
Dia berharap bangunan pasar baru semakin meningkatkan kunjungan pembeli. Apalagi, fasilitas pasar Legi juga semakin canggih. “Semoga tambah ramai lagi meski harus pelan-pelan,” tandasnya. (*/c1/wen)