KOTA BLITAR – Kampung Belimbing yang berada di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Sukorejo, terdampak cuaca ekstrem. Panen belimbing di salah satu agrowisata andalan di Bumi Bung Karno ini diprediksi menurun.
Nanang Junaidi, warga Kelurahan Karangsari mengatakan, jumlah panen belimbing untuk periode selanjutnya akan menurun. Pasalnya, bunga yang lekas mekar harus berguguran akibat hujan deras yang melanda. “Pohon belimbing memang suka air, tetapi kalau berlebihan juga tidak baik,” ujarnya kepada Koran ini kemarin (25/10).
Dia mengaku, dampak hujan deras membuat ukuran buah berbentuk bintang itu menjadi lebih “langsing” (kecil). Dalam satu kilogram (kg), isi buah bisa mencapai empat sampai lima buah. “Biasanya (normalnya, Red) per 1 kg mencapai satu sampai dua buah saja,” jelas pria 42 tahun itu.
Tidak hanya hasil panen yang menurun, kualitas buah yang dihasilkan pun menjadi kurang baik. Banyak buah yang kulitnya terlihat pucat dan burik. Mengenai rasa, Junaidi menyebut tak seenak ketika musim kemarau. “Kalau musim kemarau rasanya lebih segar,” katanya.
Terpisah, Humas Agrowisata Belimbing Karangsari, Kawit Dwi Riadianto mengatakan, belimbing Karangsari merupakan belimbing terbaik di Jawa Timur. Bahkan, belimbing Karangsari memiliki ciri khas tersendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari segi warna dan bentuk. “Belimbing Karangsari warnanya lebih kuning kemerahan dan bentuknya besar memanjang,” tegasnya.
Menurutnya, merawat tanaman belimbing saat musim hujan lebih sulit. Para petani harus memutar otak agar pohonnya tidak tergenang air. Apabila pohon sampai tergenang, daunnya bisa menguning.
Pengaruh hujan yang pertama, lanjut dia, berdampak pada pertumbuhan bunga. Sebab, ketika hujan deras dan disertai angin mampu membuat bunga rontok. “Akibatnya, pohon gagal berbuah. Jumlah buah menjadi lebih sedikit dan buah tidak bisa besar,” jelasnya.
Pada musim kemarau, hasil panen satu pohon bisa mencapai 1 kuintal. Namun, karena musim hujan, jumlah hasil panen diperkirakan berkurang hingga 50 persen. (mg/c1/sub)