TRENGGALEK – Fanti Yulia Fitri adalah pebisnis camilan keripik usus (piksus) asal Desa Buluagung, Kecamatan Karangan. Bisnisnya cukup sukses, karena penjualannya sudah merambah ke luar kabupaten. Namun siapa sangka, Fanti memulai bisnis itu dari jualan di kantin sekolah.
Wanita kelahiran 1982 itu mengatakan sudah memproduksi keripik usus sebelum 2017, meskipun model kemasan produksinya masih biasa. Begitu pun dengan metode penjualannya yang masih di lingkup sekolahan. Dia ingat pernah jualan di sekolah selama empat tahun. “Karena sekolah ada kebijakan jajan kemasan yang terbuat dari plastik itu dilarang, dan sekolah juga mulai jualan es, jadi saya tidak lagi meneruskan jualan di kantin,” ungkapnya.
Namun, pengalaman selama empat tahun itu tak membuat Fanti menyerah dengan bisnisnya. Dia mencoba berinovasi dengan mengembangkan usaha camilan keripik ketela, marning, dan walangan. Namun, usaha itu tak bertahan lama, karena proses pembuatan keripik ketelah bergantung dengan musim, sedangkan walangan terhambat harga gula dan minyak yang mahal. “Keripik ketela dan marning itu butuh proses penjemuran, jadi kalau tidak ada panas, maka tidak bisa dijemur,” ujarnya.
Memasuki 2017, Fanti terpilih menjadi salah satu pengusaha rintisan binaan dinas koperasi, usaha mikro, dan perdagangan (diskomidag). Kesempatan itu pun Fanti manfaatkan untuk merasakan peran dinas sebagai fasilitator. “Dinas memfasilitasi pembuatan merek maupun uji nutrisi,” ucapnya. Dari serangkaian pendampingan dinas, keripik usus milik Fanti akhirnya punya tampilan yang lebih modern, sehingga tampilan itu bisa menambah minat beli pada masyarakat.
Produksi keripik usus dari yang sebelumnya sebatas 5 kilogram (kg), itu pun meningkat sampai 50 kg per bulan. Tentu dari sisi omzet juga meningkat hingga Rp 5 juta lebih sebulan. “Pemasaran sudah sampai Surabaya. Kalau lokal di beberapa swalayan dan rumah makan. Belum masuk pasar modern berjejaring, ini masih proses halal. Dan, belum saya perpanjang karena masih menunggu kemasan saja,” jelasnya.
Di sisi lain, Fanti mengatakan bisnis keripik ususnya tentu tak lepas dengan hambatan. Pada kemunculan pandemi lalu, Fanti mengaku turut terdampak, karena sekolah tak lagi buka. Namun, ibu dua anak itu mengembangkan jangkauan pemasaran hingga ke warung-warung. “Keripik saya dijual dengan range harga mulai Rp 1.000 – Rp 10.500. Khususnya yang dijual di kantin sekolahan itu yang harga Rp 1.000 – 2.000,” ucapnya.
Kendati bisnis keripik usus sudah berkembang, Fanti tetap berinovasi mengembangkan produk keripik jamur. Menurutnya, pengembangan produk itu tak lepas dari saran konsumen. “Ada yang menyarankan untuk buat keripik jamur, jadi saya mulai kembangkan,” ungkapnya.(tra/c1/rka)