KOTA BLITAR – Tank dan meriam yang akan menghiasi museum PETA, Kota Blitar akhirnya tiba, kemarin (14/2). Dua alat tempur itu datang dengan diangkut truk trailer milik Marinir TNI AL dari Surabaya.
Dua alat tempur itu tiba di Kota Blitar sekitar pukul 13.00. Proses pemindahan tank dan meriam itu berlangsung cukup menegangkan. Sebab, dua alat berat berupa backhoe dan wheel loader dikerahkan sekaligus untuk membantu menurunkan alat tempur dari trailer.
Wali Kota Santoso mengatakan, tank berbobot sekitar 14 ton itu merupakan sumbangan dari pasukan Marinir (pasmar) TNI AL. Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar bersama Yayasan PETA Blitar mendatangkan dua alat tempur tersebut. “Tank ini sebagai aksesoris pendukung Museum PETA nantinya. Kami datangkan tepat pada hari Pemberontakan PETA,” katanya.
Tank dan meriam itu merupakan dua di antara beberapa peralatan perang lainnya yang rencananya bakal ikut menghiasi monument PETA. Rencananya, bakal datang lagi pesawat dan tank dari TNI angkatan udara (AU) dan TNI angkatan Darat (AD). “Secara bertahap, kami menunggu sumbangan yang lain. Baik berupa tank lagi maupun pesawat,” ujarnya.
Sementara itu, Letda Marinir M Wahyudi mengatakan, tank amfibi itu jenis BTR 50 P buatan Rusia tahun 1940. Tank tersebut sudah tidak aktif sejak 2018 lalu. Bisa dibilang, tank itu merupakan kendaraan perang generasi pertama TNI.
Tank itu didatangkan dari Batalyon Kendaraan Pendaratan Amfibi 2 Marinir atau Yonranratib 2/Mar Surabaya. Tank tersebut biasanya digunakan untuk mengangkut pasukan infanteri. “Pernah juga digunakan untuk operasi pembebasan di Aceh. Jika tidak salah pada 2004 lalu,” bebernya.
Untuk diketahui, Pemkot Blitar bakal membangun Museum PETA. Museum itu memanfaatkan bangunan bekas tiga SMP negeri. Yakni SMPN 3, 5, dan 6. Rencananya, pembangunan museum itu dilaksanakan pada 2023 mendatang.
Kedatangan tank beserta meriam itu bagian dari tahapan pembangunan Museum PETA. Kendaraan serta alat perang itu menjadi aksesoris pendukung museum yang diletakkan di samping Monumen PETA. (sub/ady)