TRENGGALEK – Memasuki 2023 ini tentu menjadi saat-saat yang sibuk bagi seluruh partai politik (parpol).
Khususnya untuk membuat pondasi yang kukuh untuk menghadapi pemilu 2024. Bagaimana tidak, karena tahapan pemilu sudah dimulai sejak 14 Juni lalu.
Namun khusus untuk Trenggalek semua harus menyiapkan diri jika kelak ada perubahan daerah pemilihan (dapil). Baik nantinya itu tetap empat dapil, lima, atau enam, sejatinya para kontestan siap bermanuver.
Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Alwi Burhanuddin mengatakan, perubahan dapil logisnya tentu berdampak terhadap perolehan surat suara calon legislatif (caleg).
Implikasinya, di saat dapil Gandusari ternyata terpisah dengan Kampak dan Watulimo, maka masyarakat yang telah berkomunikasi baik selama ini menjadi tidak bisa memilihnya.
“Ibaratnya saya sudah rawat, ternyata kalau berpisah atau tidak satu dapil dengan Gandusari, kan saya tidak bisa mengharapkan suara mereka,” ungkapnya.
Dampak itu tak membuat Alwi berkecil hati, karena perubahan dapil di Trenggalek belum ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Sementara perkiraan penetapan itu antara 1 Januari-23 Februrari 2023. Di mata Alwi, masih ada jeda waktu cukup lama sampai pesta demokrasi pada 2024 tiba.
“Masih cukup, masih satu tahun,” ujarnya.
Bagi kontestan, rentang waktu satu tahun (2023 – 2024) sudah cukup untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat.
“Jadi, saya harus membuka komunikasi baru (ketika dapil berubah, Red),” begitu optimisme Alwi.
Di sisi lain, para anggota parlementer yang bakal menyemarakkan pesta demokrasi 2024 sudah mulai bermanuver.
Kendati manuver itu belum tampak vulgar, para petahana telah berupaya memperkuat komunikasi dengan para calon pemilih.
“Kalau mau aman ya di kecamatannya masing-masing anggota dewan itu. Monggo saja anggota dewan itu mengeksplorasi semaksimal mungkin di kecamatan-kecamatan masing-masing,” jelasnya.
Sementara itu, anggota Partai Nasional Demokrasi (Nasdem) Mustaghfirin menganggapi biasa tentang isu perubahan dapil di Trenggalek, karena isu itu selalu muncul tiap lima tahun sekali.
“Tiap jelang pemilu, pasti perubahan dapil yang dibahas,” celetuk Firin, sebagai Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPD Partai Nasdem.
Dengan begitu, biarpun tetap atau berubahnya dapil nantinya, DPD Nasdem siap bermanuver dengan segala potensi yang bakal terjadi.
“Infrastruktur partai sudah kita bangun, mulai dari tingkat DPC, Kader tingkat RT, sampai DPD. Artinya, perubahan dapil bagi kami tidak ada pengaruh signifikan terhadap strategi kami,” ujar warga Desa/Kecamatan Watulimo tersebut.
Ihwal pesta demokrasi 2024, Firin optimistis setidaknya memenangkan empat kursi parlemen.
“Kita punya strategi outputnya, bagaimana Partai Nasdem mendapatkan kursi yang sebanyak-banyaknya. Dan, sekurang-kurangnya empat kursi di pemilu 2024 nanti,” tegasnya.
Pernyataan yang tak jauh berbeda dilontarkan sekretaris DPC PDI Perjuangan Trenggalek Doding Rahmadi.
Menurut dia, strategi yang bakal diterapkan partainya pada tahun politik ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pesta demokrasi sebelumnya.
Hanya saja, harus mempersiapkan diri dalam menghadapi dinamika yang bakal terjadi di depan.
“Kalau strategi sama saja, tidak ada yang berubah disbanding sebelumnya,” ungkapnya.
Pria yang juga menjabat wakil ketua DPRD Trenggalek ini mengakui, isu perubahan dapil juga bukan berarti bakal menghemat anggaran kampanye kelak.
Bagi dia pribadi, hal itu sama saja dan tak ada beda. Kalau pun dianggap lebih mudah tatkala nantinya benar-benar terpilih. Sehingga semakin banyak dapil membuat wilayah keterwakilan menjadi lebih sedikit.
“Tentunya ini bisa meringankan beban kerja dibanding mengurusi banyak wilayah,” tambahnya.(tra/rka)