KABUPATEN BLITAR – Pandemi korona memang belum berakhir. Namun, geliat sektor wisata sudah menunjukkan tren postitif. Indikasinya, hingga akhir Mei ini, jumlah pengunjung wisata hampir menyentuh sejuta orang.
Kabid Pemasaran dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Blitar Agus Muthalib mengatakan bahwa sektor wisata belum sepenuhnya pulih. Itu jika mengacu pada kondisi sebelum pandemi korona. “Tapi, kini jauh lebih baik ketimbang dua tahun terakhir,” ujarnya kemarin (20/6).
Data disparbudpora, pada 2019 lalu ada sekitar 2.754.998 pengunjung wisata di Kabupaten Blitar. Terdiri atas 762 wisatawan mancanegara dan 2.754.236 wisatawan nusantara. Tahun berikutnya, tingkat kunjungan anjlok. Sebab, pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat.
Tak hanya itu, destinasi wisata juga dibatasi. Tak pelak, pada 2020 jumlah kunjungan wisata turun lebih dari 30 persen. Secara akumulasi, ada sekitar 1.532.742 pengunjung. Sekitar 80 di antaranya merupakan wisatawan mancanegara. Kondisi tak jauh beda juga terjadi pada 2021. Yakni hanya sekitar 1.641.570 kunjungan wisata, tiga di antaranya wisatawan mancanegera.
Pertengahan tahun ini, lanjut Agus, setidaknya sudah ada lebih dari 900 wisatawan berkunjung ke Bumi Penataran. Sesuai data yang masuk, ada enam orang wisatawan mancanegara di antara pengunjung tersebut. “Jadi data hingga akhir Mei lalu, total kunjungan wisata kita ada sekitar 929.932 orang. Itu termasuk wisatawan asing,” jelasnya.
Disinggung mengenai spot yang paling diminati wisatawan, Agus mennyebut ada tiga jenis destinasi wisata. Yakni, wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Kendati masing-masing pengelola memberikan pelayanan optimal, faktanya wisata alam masih cukup mendominasi.
Menurut dia, ada beberapa faktor pemicu tingginya minat kunjungan wisata alam. Di antaranya, karena area luas. Dengan begitu, secara tidak langsung juga cukup aman bagi pengunjung wisata. “53 persen pengunjung wisata alam, 40 persen pengunjung wisata buatan, dan sisanya wisata budaya,” imbuhnya.
Pria ramah itu menambahkan, wisata budaya memang belum begitu familier di masyarakat. Di sisi lain, wisata budaya ini butuh dukungan pemerintah daerah. Misalnya melalui pagelaran seni dan budaya. Berbeda dengan jenis wisata lain, wisata budaya juga tidak mesti selalu bisa dinikmati. Dengan begitu, secara otomatis juga memengaruhi tingkat kunjungan wisata. “Event juga belum begitu marak sehingga pengunjung wisata budaya masih sedikit,” tandasnya. (hai/c1/wen)