KOTA BLITAR – Sebanyak 96 ekor sapi di Kota Blitar terindikasi suspek penyakit mulut dan kuku (PMK). Kasus tersebut terus berkembang sejak dua minggu terakhir.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) telah mendata temuan puluhan kasus suspek tersebut. Kasus suspek itu menyebar hampir di tiga kecamatan. ”Terbanyak ditemukan di wilayah Sukorejo. Sedangkan dua kecamatan lain hanya dua sampai tiga ekor,” ujar Kepala DKPP Kota Blitar, Rodiyah, kemarin (22/6).
Dia mengatakan, puluhan ekor yang terindikasi PMK itu berdasarkan temuan satgas PMK serta laporan warga. Petugas mengecek kondisi kesehatan hewan ternak warga. Hasilnya, banyak yang bergejala mirip PMK. ”Saat itu juga kami tangani sesuai prosedur. Kami obati hingga sembuh,” terang perempuan berjilbab itu.
Kasus suspek PMK terbanyak ditemukan di wilayah kecamatan Sukorejo. Mengingat di wilayah tersebut banyak peternak sapi. Di Kota Blitar, populasi didominasi sapi potong. Karena itu, DKPP terus berupaya memperketat pengawasan di tingkat peternak.
Sebelumnya, DKPP menemukan satu kasus PMK di Kelurahan Pakunden. Setelah ditangani secara maksimal, satu sapi yang terjangkit PMK itu akhirnya sembuh. Sementara untuk kasus suspeknya, hingga kini sudah ada empat ekor yang sembuh.
Rodiyah menegaskan, DKPP terus mengawasi hewan yang sakit hingga dinyatakan sembuh. Pendampingan terus ditingkatkan demi menekan penyebaran kasus PMK di Kota Blitar. ”Gejala PMK ini bisa sembuh kurun satu hingga tiga minggu. Dengan catatan, peternak aktif merawat, membersihkan kandang, dan menjaganya,” terangnya.
Berdasarkan hasil penelusuran petugas, rata-rata peternak yang ternaknya sakit, baru saja pergi ke daerah terjangkit PMK. Selain itu, ketika tiba di rumah tidak langsung membersihkan diri alias mandi terlebih dahulu. Padahal, peternak ini berpotensi besar menjadi carrier (pembawa virus) PMK. “Di samping menjaga kebersihan, hewan ternaknya juga rutin diberi makanan, obat-obatan serta vitamin,” jelasnya.
Terkait pasar hewan, DKPP segera berkoordinasi dengan satgas PMK terkait rencana pembukaan pasar hewan Dimoro pada 24 Juni. Sebelumnya satgas menutup operasional pasar hewan sementara untuk mencegah penyebaran. Dari yang awalnya ditutup hingga 19, lalu diperpanjang 24 Juni. “Ya, kami akan evaluasi lagi. Melihat situasinya. Jika dibuka bagaimana dan ditutup bagaimana,” tandasnya.
Sebelumnya, DPRD Kota Blitar meminta DKPP untuk aktif memantau dan mengawasi hewan ternak warga. Kendati pasar hewan Dimoro telah ditutup, tetapi tidak menutup kemungkinan ada peternak yang nekat bertransaksi di luar pasar tanpa adanya pengawasan. Hal itu justru beresiko tinggi menularkan penyakit. (sub/wen)