TRENGGALEK – Tempat pelelangan ikan (TPI) masih menjadi ujung tombak dinas perikanan (diskan) meraup pendapatan asli daerah (PAD). Apalagi Rp 675 juta di antara target Rp 694 juta berasal dari aktivitas bongkar muat perikanan laut di kawasan Prigi.
Kepala Diskan Kabupaten Trenggalek Cusi Kurniawati mengakui, ketika target PAD itu sudah menjadi kesepakatan, maka diskan akan bekerja ekstra untuk memenuhi target PAD pada 2022. Menurutnya, perjalanan pada 2021, target PAD terealisasi Rp 606 juta dari target Rp 696 juta.
“Keyakinan kami, karena pada 2020 PAD kita pernah sampai Rp 672 juta,” ucapnya.
Dalam perjalanan menuju target PAD pada TPI, Cusi mengaku realisasi PAD TPI tak lepas dari unsur musim ikan, jenis ikan, nilai ikan, faktor nelayan, hingga pedagang. Apabila salah satu unsur mengalami hambatan, akan berdampak pada capaian realisasi PAD.
Lebih lanjut, kata Cusi, imbas nilai ikan itu akan berdampak pada kesadaran membayar retribusi. Selama ini, ketika nelayan dapat ikan dengan nilai rendah, maka uang yang didapat itu sedikit. Mereka merasa berat untuk membayar retribusi. Karena mereka juga harus memikirkan bagaimana cara untuk tetap bisa operasional.
“Mereka juga butuh beli BBM untuk operasional. Belum lagi nelayan harus bagi hasil dengan para ABK,” ujarnya.
Diakuinya, kondisi itu yang mem buat pemkab perlu ada toleransi. Meskipun sebetulnya mereka wajib untuk membayar retribusi. “Kalau kita pressure itu tidak akan menjadi lebih baik, maka itu tidaklah,” ucapnya.
Di sisi lain, kata dia, mekanisme pembelian ikan dari pedagang tidak secara penuh, juga dapat berimbas pada realisasi PAD. Menurutnya, tipikal pembelian pedagang itu sering ditemukan di lapangan.
Biasanya mereka membayar berapa persennya dulu, sedangkan sisanya akan dibayarkan ketika sudah laku terjual. Padahal, ABK itu dituntut pulang membawa uang, kalau tidak harus bawa ikan. “Itu yang membuat permasalahan ini menjadi berkepanjangan. Karena yang dibayar tunai itu,” jelasnya.
Menyikapi hambatan itu, Cusi mengaku, aplikasi lelang online sebetulnya bisa menjadi solusi atas permasalahan pembelian ikan. Namun, penerapan lelang online itu juga masih mengalami kendala. “Kita masih terkendala off taker. Off taker itu harus menaruh uang di rekening agar bisa dipakai untuk membeli ikan. Di balik itu, pedagang harus memastikan punya pasar atau minimal cold storage untuk menaruh ikan yang mereka beli,” ungkapnya.
Selama pedagang tak punya uang tunai dan tak punya cold storage, maka itu akan susah. “Jadi memang kompleks permasalahannya,” imbuhnya. (tra/c1/rka/dfs)