KABUPATEN BLITAR – Breeding kambing menjadi kegiatan baru Didik Surdiyanto usai tak lagi melaut. Dia memilih jenis impor, yakni kambing boer. Kemudian, dikawinkan dengan jenis lain. Tak sekadar bisnis, tapi berupaya agar harga daging lebih terjangkau.
Tujuh tahun lalu, Didik Surdiyanto turunkan jangkar tak lagi melaut. Pulang kampung, belajar pelihara kambing menjadi aktivitas barunya. Meskipun sebenarnya ada banyak tawaran bergabung dengan perusahaan, tapi itu ditolaknya. “Selain karena ingin dekat dengan keluarga, ya ittiba rasul. Tidak ada seorang nabi pun yang tidak pelihara kambing,” kata warga Desa/Kecamatan Gandusari ini.
Ada banyak jenis kambing yang bisa dipelihara. Namun, Didik memiliki beberapa pertimbangan memilih ras kambing boer. Salah satunya, kambing jenis tersebut memiliki ketahan dan pertumbuhan baik. Nilai ekonominya juga lumayan tinggi. Sebab, karkas kambing ini bisa mencapai 50 persen. Itu dua kali lipat dibanding jenis kambing lokal.
Awalnya, kambing jenis ini jarang ditemukan. Hanya komunitas tertentu yang membudidayakannya. Maklum, kambing jenis ini bukan ras lokal. Pun untuk mendapatkannya juga butuh waktu, karena harus inden diimportir. “Awal beli sepasang, terus kami kawin silangkan dengan kambing yang banyak di pasaran,” tuturnya.

Tujuan Didik bukan semata untuk mendapatkan kambing turunan yang memiliki kualitas baik. Misi lainnya adalah kambing yang memiliki karkas tinggi ini bisa didapatkan dengan harga terjangkau.
Sayangnya, setelah bergelut lama dengan kambing boer, misi tersebut sulit diwujudkan. Faktanya, populasi kambing jenis boer jauh lebih sedikit ketimbang jenis lokal atau jenis lain yang banyak di pasaran. Akibatnya, harga kambing masih saja mahal. “Saya sering jual murah, tapi lama-lama saya kecele. Karena ternyata kambing itu dijual lagi dengan harga yang tinggi,” keluhnya.
Berangkat dari pengalaman itu, Didik lebih selektif dalam melepas kambingnya. Sebab, tujuan utamanya memelihara kambing bukan sebatas untuk kepentingan bisnis. Namun untuk misi yang lebih besar, yakni harga daging yang terjangkau.
Didik juga tidak gampang menjual kambing untuk budi daya. Sebab, butuh persiapan dan pengetahuan yang cukup dalam membudidayakan kambing jenis ini. Manajemen pemeliharaan yang baik, baginya menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh peternak. “Kami ini breeding ya, jadi semua hal harus dipertimbangkan. Misalnya, berapa kebutuhan protein kambing per hari hingga bank pakan yang dibutuhkan,” katanya.
Sering kali orang datang ke kandangnya lengkap dengan gepokan uang tunai, tapi terpaksa dia tolak. Dia tidak ingin orang gagal karena kurangnya pengetahuan. “Bagi saya ada kepuasan tersendiri breeding kambing ini. Saya juga tidak ingin orang menyesal di kemudian hari karena kurangnya pengetahuan,” terangnya.
Ada ratusan ekor kambing yang kini dipelihara Didik. Dia dibantu seorang anak kandang dalam pemeliharaannya. Sekurang-kurangnya sembilan ikat ukuran besar rumput pakchong harus tersedia dalam sehari. Itu belum termasuk concentrate dan menu pakan tambahan lain untuk memenuhi protein kambing pada umumnya.
Meski konsentrasi didik pada breeding, bukan berarti kesehatan fisik dan kebutuhan tubuh binatang peliharaannya diabaikan. Minimal kebutuhan protein yang wajib dipenuhi juga harus dicukup setiap hari. Itu belum termasuk makanan pendamping lainnya. “Standar minimnya, kebutuhan protein kambing itu 3 persen dari tubuh tiap kali makan. Untuk pakan hijaunya terserah, semakin banyak semakin baik,” katanya.
Dia juga rutin memperhatikan kebersihan kandang. Setidaknya tiga bulan sekali dilakukan penyemprotan disinfektan dan cairan pembasmi jamur dan kutu. Didik sadar betul, hama dan penyakit memengaruhi produktivitas ternak.
Perlakuan berbeda untuk pejantan. Ada suplemen tambahan yang secara rutin diberikan. Ini penting untuk menunjang produksi breeding miliknya tersebut. “Tiga bulan sekali pejantan itu kami beri jamu, isinya ya madu, gula jawa, merica kecap, telur. Yang paling penting itu bawang putih, ini untuk stamina pejantan,” terangnya.
Didik berharap suatu saat nanti Blitar menjadi salah satu sentral peternak kambing boer. Dengan begitu, pihaknya optimistis kebutuhan daging untuk masyarakat bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. (*/c1/wen)