TRENGGALEK – Kesabaran sebagian warga RT 4, RW 2, Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan Trenggalek akhirnya memuncak. Mereka jengah pada aktivitas tempat penginapan Griya Anggrek yang diduga sebagai tempat prostitusi. Kemarin (23/3) mereka meluruk penginapan yang berada di belakang kantor Kelurahan Sumbergedong hingga berujung mediasi dengan pemilik penginapan.
Pantauan Koran ini, sebelum aksi tersebut warga menempelkan spanduk di berbagai tempat sekitar tempat penginapan tersebut. Apalagi, secara sepihak pemerintah yang dalam hal ini sebagai mediator memindahkan lokasi mediasi dari sebelumnya di kantor kelurahan ke kantor kecamatan, dengan alasan kantor kelurahan ada acara. Akhirnya setelah menunggu satu jam lebih, mediasi tersebut terlaksana dan masyarakat membubarkan diri setelah tuntutan mereka, yaitu menutup operasional penginapan sementara waktu hingga Lebaran mendatang dituruti pemilik. “Jadi mulai hari ini (kemarin, Red) pemilik memenuhi tuntutan agar tidak menerima tamu hingga Lebaran nanti sampai Lebaran mendatang. Sedangkan, tamu yang terlanjur menginap disilakan menyelesaikan sampai kontraknya selesai,” ungkap koordinator aksi, Ganif Tanto Adi.
Dia melanjutkan, sebenarnya terkait hal tersebut warga sudah bersabar. Sebab, peristiwa dugaan penginapan sebagai lokasi prostitusi tersebut telah lama tercium. Hingga pada 21 Januari lalu terjadi gejolak, sebab warga memergoki ada perilaku dugaan perselingkuhan di lokasi tersebut. Karena itu, dilakukan mediasi antara warga dengan pemilik yang disaksikan tiga pilar kelurahan. Dari situ pemilik sanggup menata kembali ke pengelolaanya hingga tidak menerima tamu bukan suami istri yang menginap dalam satu kamar. Namun seiring berjalannya waktu, pemilik mengingkari janjinya dan tetap menerima tamu tersebut. Puncaknya terjadi pada Selasa (15/3) lalu dan diteruskan pada Senin (21/3) malam kemarin yang membuat warga berkumpul untuk mendatangi tempat penginapan tersebut. “Karena itu, kami meminta sistem manajemen pengelola diubah tidak jadi penginapan selayaknya hotel, melainkan hanya tempat kos biasa,” katanya.
Itu terjadi karena lokasi tempat penginapan tersebut berada di dalam perkampungan. Selain itu dekat dengan masjid dan tempat ibadah. Dari situ sangat tidak mendidik, jika lokasi tersebut layaknya seperti hotel hingga digunakan sebagai tempat maksiat karena meresahkan warga. “Jadi yang kami inginkan agar penginapan itu tidak dijadikan tempat maksiat. Dan, pemilik menyanggupi untuk menutup operasional hingga Lebaran nanti,” jelasnya.
Sementara itu, pemilik Griya Anggrek, William Purnomo mengaku sangat berterima kasih karena telah diingatkan warga agar jangan sampai ada tindakan maksiat di tempat usahanya. Karena itu ke depan akan dilakukan perbaikan pengelolaan agar geliat perekonomian warga sekitar juga ikut tumbuh. Apalagi sebelumnya pemilik mematuhi keinginan warga terkait proses penerimaan tamu, seperti tidak menerima tamu sekamar bukan suami istri. Namun seiring berjalannya waktu, pihaknya merasa kecolongan pada masalah internal. Hal ini ditengarai adanya seorang karyawan yang diindikasikan berselingkuh. “Di tempat kami ada 21 kamar dan ke depan akan diubah dengan penginapan berbasis kos-kosan selama mingguan, sebab harian akan dihilangkan,” imbuhnya. (jaz/c1/rka)