TRENGGALEK- Dimas Kusuma Putra punya banyak waktu longgar di rumah. Pemuda ini baru lulus sekolah tahun ini, sekarang diterima di Universitas Negeri Malang (UM), dan tinggal menunggu masa orientasi sekitar bulan depan.
Namun, Dimas tidak membuang waktu itu hanya untuk bermain-main. Pola pikirnya tumbuh lebih dewasa, yakni mencari pendapatan sendiri untuk menambah uang saku, agar tidak selalu bergantung kepada orang tua.
Cara Dimas mencari pendapatan itu tak seperti orang-orang generasi O. Anak bungsu ini lihai membaca momen, salah satunya adalah mengikuti kontes desain logo Hari Jadi Kabupaten Trenggalek Ke-828. Dimas mengaku mengikuti kontes itu mulanya hanya iseng. “Awalnya ingin mencoba kemampuan saja,” ungkapnya saat berada di ruang tamu rumahnya.
Sebelumnya, Dimas memang akrab di dunia desain. Dia bekerja di Football Traveler sebagai desainer poster, lebih pada desain poster away maupun home. Namun, posisi itu tetap selaras dengan kemampuannya, yakni mengopersaionalkan software desain. “Mendesain lebih pada hobi dan passion,” ungkapnya.
Karena itu, Dimas mengidolakan desainer asal Sumatera Utara (Sumut), Rio Purba. Desainer logo ini memiliki jam terbang yang tinggi, dia juga memiliki banyak klien. Nilai plus dari idolanya membuat Dimas termotivasi menjadi desainer logo untuk melanjutkan hobinya.
Saat mengikuti kontes desain logo Hari Jadi Trenggalek, ada 49 kontestan yang mengikutinya. Jumlah kontestan itu sempat membuat Dimas merasa berkecil hati, tapi dia terus berusaha optimistis sampai menyelesaikan desain logonya.
Gaya desain Dimas lebih banyak memakan waktu saat memasuki tahapan brainstorming atau mencari gagasan ide. Tahapan ini, seorang desain memadukan konsep dengan logo yang akan dibuat. Tak jarang, Dimas membuka banyak referensi melalui kanal-kanal digital tentang desain logo. “Saya lebih banyak menghabiskan waktu di brainstorming, karena harus mencari filosofi dan keunikan dalam logo yang akan dibuat,” katanya.
Terhitung selama seminggu sampai batas akhir pengiriman desain logo, pada hari keempat Dimas baru menemukan filosofi yang paling cocok untuk desainnya. Ya, Dimas menyebut konsepnya dengan infitiy atau tak terbatas. “Infinity terletak pada angka delapan di depan dan belakang,” sambungnya.
Dimas menemukan infinity berasal dari angka delapan yang tidak punya bagian pemisah atau saling terhubung satu sama lain. Dia pun memaksimalkan efek angka itu dengan memberikan sentuhan bayangan pada bagian tengah.
Pada bagian angka kedua pada 828, Dimas sengaja tidak menerapkan konsep infinity. Menurutnya, infinity hanya ada pada angka unik delapan. Namun agar tidak terlalu mencolok sebagai pemisah, pria kelahiran 2022 mendesain angka dua yang saling terhubung pada bagian angka delapan depan dan belakang.
Tak cukup itu, alumnus SMKN 1 Pogalan itu juga menambahkan siluet garuda sebagai simbol Kota Alen-Alen, yang dapat diketahui dari tugu garuda di Alun-Alun Trenggalek. Whoola! konsep infinity itu pun berhasil tercipta. “Butuh tiga hari, hari kedua mulai desain pakai software Adobe Illustrator (AI), dan hari ketiga finishing,” ujarnya.
Saat desainnya terpilih, Dimas terkejut bukan kepalang. Biarpun cuma punya waktu mepet, dia bisa menyelesaikan desain dengan sangat apik. “Tapi tetap ada revisi sedikit, yakni pada bagian garuda. Awal desain, garudanya saya buat miring, itu diminta untuk menyimetriskannya,” kata warga Desa Jatiprau, Kecamatan Karangan ini.
Proses tak pernah menghianati hasil. Keringat Dimas selama ini pun diganjar dengan Rp 3 juta. Rencanannya, hadiah cuan dari kontes logo itu akan diberikan saat 17 Agustus atau saat hari jadi nanti.(*/c1/rka)