TULUNGAGUNG – Desainer muda asal Tulungagung, Dimas Taufik, karya busananya tembus internasional hingga digunakan Miss Universe Swiss. Pria berusia 22 tahun tersebut memiliki kecenderungan bakat desain busana sejak masih sekolah. Dengan segala proses dan perjuangan dilalui, kini karya-karya busananya telah banyak diakui desainer terdahulu.
Berawal dari hobi menggambar desain busana, Dimas Taufik, memulai debutnya menjadi seorang desainer setelah lulus dari jenjang perkuliahan. Tak lama setelah kelulusannya, dia ditawari untuk membuat desain busana yang akan dikenakan Miss Universe Swiss. Tak hanya itu, dia juga sedang mengerjakan belasan desain busana untuk acara Hari Jadi Kabupaten Tulungagung.
Dimas, sapaan akrabnya, mengatakan awal menyukai desain busana bermula sejak berada di SMP. Kala itu bagian belakang buku tulis miliknya dipenuhi gambar-gambar desain busana. Karena menyukai hal tersebut, kemudian memilih untuk melanjutkan jenjang pendidikannya pada jurusan tata busana. “Awal-awal SMP dulu waktu pelajaran diterangkan guru itu saya menggambar desain-desain busana di bagian belakang buku tulis, coret-coretan desain gitu. Terus mulai dari situ semakin lama semakin diseriusi dan ambil kuliah jurusan tata busana di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Ini baru saja lulus,” jelasnya kemarin (10/10).
Setelah lulus dari jenjang pendidikan tinggi, barulah dia memulai debutnya menjadi seorang desainer busana dan berkarya di Tulungagung. Tak butuh waktu lama setelah kelulusan, ditawari untuk membuat satu desain busana yang akan dikenakan Miss Universe Swiss. Tak hanya itu kini sedang mengerjakan 12 gaun untuk perhelatan pemilihan Miss Mister Batik dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Tulungagung pada November mendatang. “Saya akan mendukung busana dan mengisi di acara itu. Saat ini sudah mulai proses desain, jadi untuk baju-baju yang akan digunakan di November nanti,” paparnya.
Warga Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru ini mengaku, proses pembuatan satu busana memiliki jangka waktu berbeda-beda. Tingkat kerumitan pada busana menjadi penentu dalam pembuatan busana. Pembuatan satu busana dengan tingkat kerumitan tinggi, butuh waktu sekitar satu sampai dua minggu. “Tergantung Mas, kalau simple bisa dua atau tiga hari, kalau full payet dan full Kristal bisa seminggu hingga dua mingguan. Kalau untuk Miss Universe Swiss itu masih proses desain. Karena ini masih proses pengerjaan 12 gaun itu buat acara bulan depan,” ucapnya.
Tantangan sebagai desainer, kata dia, yaitu mencari tahu selera pasar. Dia sedang proses mencari tahu selera pasar di Tulungagung. Dikarenakan selera pasar dalam berbusana dapat menentukan ciri khas dan corak-corak pada desain berbusana. “Jadi masih menyesuaikan dengan selera pasar di Tulungagung, karena saya baru menyelesaikan kuliah di Surabaya, jadi masih mencari-cari tahu situasi,” paparnya.
Disinggung perkembangan fashion, dia mengaku, fashion memiliki pengertian luas dan tren fashion tersebut hanya sebagian dari pengertian fashion itu sendiri. Tren fashion hanya akan berlalu begitu saja, sedangkan fashion merupakan cerminan dari diri penggunanya. “Tren fashion hanya lewat sesaat, jadi fashion adalah cerminan diri kita sendiri. Jadi ketika kita berbusana itu diri kita, tren itu tidak wajib. Kalau memakai kemeja saja sudah percaya diri, sudah itu saja jadi diri sendiri,” tutupnya. (*/din)