TRENGGALEK – Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskomidag) Trenggalek dibuat ketar-ketir dengan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di sejumlah wilayah di Provinsi Jawa Timur. Betapa tidak, saat ada kasus, maka bakal berimbas terhadap risiko penurunan pendapatan asli daerah (PAD).
Apalagi, Kabupaten Trenggalek memiliki tujuh titik perdagangan untuk hewan-hewan ternak. Ketujuh titik tersebut meliputi Pasar Hewan Kecamatan Trenggalek, Tugu, Panggul, Pule, Kampak, Durenan, dan Gandusari. Sementara di antara tujuh titik tersebut, ada dua pasar hewan yang berisiko terjadi penyebaran PMK. “Yang besar itu di Pasar Hewan Trenggalek dan Durenan,” kata Kabid Perdagangan Yusuf Widharto kemarin (12/5).
Mengapa demikian, lanjut Yusuf, kedua titik Pasar Hewan Trenggalek dan Durenan sudah menjadi jujukan para pedagang dari luar Trenggalek. Apalagi, kedua pasar itu setidaknya ada 200 ekor sapi yang dijual. Tak ayal, potensi penyebaran virus PMK masuk ke wilayah Trenggalek tetap terbuka, meskipun hal itu bukanlah yang diharapkan. “Yang jelas, kita berharap tidak ada positif kasus PMK hewan ternak di Trenggalek,” ucapnya.
Yusuf mengaku diskomidag tidak punya keahlian menangani masalah penyakit hewan. Untuk itu, instansi yang bertugas mengelola sektor perdagangan (salah satunya, Red) itu berkolaborasi dengan dinas peternakan, Satpol PPPK, dan kepolisian. Utamanya dalam melakukan tindakan preventif. “Secara teknis, tiap kendaraan pembawa hewan ternak yang masuk ke pasar akan kita pantau dan mengecek kesehatan hewannya,” sambungnya.
Tindakan preventif penting dilakukan. Itu karena sekali ditemukan kasus PMK pada hewan, maka pemerintah bisa memperketat aturan di sejumlah pasar. Tentu kebijakan itu akan berimbas ke perekonomian masyarakat juga ke PAD Trenggalek. Terlebih potensi PAD dari Pasar Hewan Trenggalek Rp 41 juta, sementara Pasar Hewan Durenan sekitar Rp 7,8 juta. “Tentu akan memengaruhi upaya kita mengejar PAD,” ungkapnya.
Namun begitu, wabah PMK yang terjadi di Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, maupun Boyolali (Jateng, Red), tidak menunjukkan gejala penurunan daya beli masyarakat terhadap hewan ternak di Trenggalek. Hasil pantauannya, aktivitas perdagangan berjalan normal. “Belum ada penurunan daya beli,” ucapnya.
Sementara Plt Kepala Dinas Peternakan Trenggalek Nurkholik mengatakan, pemeriksaan PMK hewan ternak akan terus dilakukan. Sudah dua pasar yang dipantau, yakni Pasar Hewan Tugu dan Pasar Hewan Trenggalek. Namun, hasil pemantauan sementara ini tidak ditemukan hewan ternak yang terjangkit PMK. “Sampai siang (kemarin, Red), 70 ekor sapi yang dicek di Pasar Pon Trenggalek tidak terjangkit PMK,” ujarnya. (tra/c1/rka)