“Boknya ada dua unit, telur jangkrik sekitar 1 kg, kosentrat sekitar 110 kg,” jelasnya.
Wanita ramah itu mengaku, selama ini yang menjadi salah satu tantangan bagi pemula adalah kepastian pasar. Karena itu, pemerintah juga memberikan fasilitas untuk kepentingan distribusi produk pasca panen. Beberapa distributor ataupun pelaku usaha jangkrik lawas sudah disiapkan jika nanti kesulitan menjual produk.
“Bisa pakai sistem kemitraan juga. Nanti untuk masalah harga bisa dikomunikasikan sendiri antara peternak dengan inti atau mitra,” katanya.
Sembari menunggu sarana untuk budi daya dari pemerintah, para peternak harus belajar giat melalui buku panduan. Selain itu, narasumber juga sudah diwanti-wanti untuk bisa menularkan pengalaman atau pengetahuannya kepada mereka yang belum paham ataupun butuh pendalaman.
“Ini baru belajar, sepertinya peluangnya cukup bagus,” kata Sunarto, salah seorang peserta pelatihan.
Pihaknya berharap pemerintah terus mengawal program peternakan ini. Sebab, jika budi daya jangkrik itu sukses, otomatis bisa menjadi rangsangan merintis usaha bagi masyarakat yang lain.
“Harus didampingi sampai benar-benar bisa,” ungkapnya. (hai/wen/dfs)