KOTA BLITAR – Tinggal di kota dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi memang membuat penat. Suasana itu juga menerpa seorang Dita Faisal. Akibatnya, pembawa acara (presenter) sekaligus reporter televisi (TV) nasional itu kini betah hidup di desa.
Rumahnya berdiri kokoh, persis di pesisir Pantai Serang, Panggungrejo. Asrinya suasana pantai, praktis membuat Dita Faisal semakin mencintai alam. Dia saat ini hidup bahagia dengan sang suami, Endik Koeswoyo yang merupakan penulis skenario film Indonesia.
“Sudah bahagia di sini. Nihil macet dan tidak tergesa-gesa. Sangat menikmati karena bisa mendengar kicauan burung dan natural banget,” ujarnya, Selasa (1/3) kemarin.
Perempuan berparas cantik itu lahir di Balikpapan, 1 Februari 1987 silam. Dia memulai kiprahnya di dunia presenter sejak 2008. Dia kemudian mengikuti pengembangan pendidikan jurnalis. Peluang emas pun diraihnya dengan mendapat kesempatan menjadi pemandu berita dan reporter.
Kendati demikian, tak ada yang menyangka bahwa terjunnya Dita Faisal di dunia pemberitaan diwarnai unsur ketidaksengajaan. Jika bisa memilih, katanya, dia ingin bisa merambah program acara yang lebih ringan. Seperti program wisata dan jalan-jalan. “Sebenarnya terjebak untuk ikutan program kampus. Pengen di TV tapi saat itu enggak pengen jadi wartawan,” tambah sosok yang cinta dengan tumbuhan hijau itu.
Pada 2015, ia dipersunting Endik Koeswoyo. Selama enam tahun berikutnya hingga 2021, dirinya masih aktif memandu program berita. Namun, di tahun itu pula, dia harus mengakhiri karirnya sebagai presenter TV.
Kendati demikian, ada momen istimewa yang membekas di benak perempuan asal Balikpapan, Kalimantan Timur, itu. Pada era 2014-2015, dia didapuk menjadi wartawan TV yang bertugas meliput kegiatan di Istana Kepresidenan. Misi itu dia dapat ketika masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Sudah kerap merasakan asam garam, dia mengaku terus ada target yang ditanamkan dalam dirinya. Misalnya, dia sukses mencapai target pribadinya dengan mewawancara mantan presiden ketiga Indonesia, mendiang B.J. Habibie. Padahal, saat itu usianya masih di bawah 30 tahun.
“Saya dapat kesempatan liputan ke luar negeri karena kompetisi dan terwujud. Sekarang tinggal mengabdi aja,” imbuh perempuan yang masih wara-wiri dalam cuplikan sinetron TV itu.
Saat coba disinggung mengenai kerinduan membawakan acara berita di TV, Dita langsung menganggukkan kepalanya. Katanya, momen itu adalah yang paling ingin untuk dia ulangi. Perempuan anggun itu juga menyebut pernah mengalami kekeliruan jadwal siaran. Akibatnya, program berita yang tadinya harus dia pandu justru digantikan rekannya. “Pernah lupa siaran. Sampai akhirnya ada teman yang menggantikan. Makanya kadang lupa tapi tidak banyak,” tambahnya.
Belasan tahun menikmati kesibukan menjadi seorang presenter dan reporter televisi swasta nasional, kini dirinya tengah aktif memberdayakan pemuda di Desa Serang untuk mendekatkan diri kepada alam hingga belajar menjadi barista. Salah satunya usaha yang dia rintis bersama suami, adalah dengan membuka kedai kopi gratis selama PPKM. “Siapa tahu mereka (pemuda) ini bisa jadi barista andal di masa mendatang,” tandasnya. (*/c1/wen)