KOTA BLITAR – Pemandangan masuk Kota Blitar dari timur kini berubah. Sejumlah pohon palem yang berjajar di sisi kanan dan kiri jalan sudah tiada. Pohon setinggi lebih dari 10 meter itu sengaja ditebang, lantaran dianggap membahayakan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Blitar sejak seminggu terakhir menebangi pohon palem tersebut secara bertahap.
Kepala DLH Kota Blitar Jajuk Indihartati mengatakan, penebangan pohon palem itu memang sengaja dilakukan, mengingat usia pohon sudah tua dan rawan tumbang. “Terutama bagian dahannya yang sering roboh. Bahayanya bisa mengenai pengendara,” ujarnya kemarin (29/6).
Meski belum sampai ada kasus pengendara yang tertimpa dahan palem, DLH berupaya mengantisipasinya dengan rutin membersihkan dahan kering. Namun, cara itu dianggap kurang efektif sehingga DLH memilih untuk menebangnya. Usai ditebang, DLH tidak tinggal diam begitu saja. Tetap ada reboisasi.
“Tentu kami reboisasi. Kami tanami tanaman tabebuya. Pohonnya jauh lebih rindang, berbunga, dan enak dipandang seperti yang ada di ruas jalan lain,” ujar perempuan berjilbab ini.
Pohon palem bisa ditemukan di sepanjang Jalan Soedanco Supriadi. Mulai pintu masuk kota sebelah timur hingga ke barat. Keberadaan pohon palem itu menambah daya tarik tersendiri ketika memasuki Kota Blitar.
DLH berencana menebang pohon palem berusia lebih dari 10 tahun tersebut secara bertahap. Pohon palem yang selama ini menjadi ciri khas saat masuk ke kota itu bakal diganti dengan pohon tabebuya. “Tujuan kami demi keamanan pengendara. Daripada membahayakan, lebih baik diganti dengan pohon yang lebih aman dan indah,” tandasnya. (sub/c1/wen)