Menurut dia, Pemkot Blitar pernah mendapatkan penghargaan tingkat nasional di bidang kesehatan, yakni Manggala Karya Kencana. Penghargaan tersebut diterima atas pencapaian Pemkot Blitar dalam memberikan pelayanan keluarga berencana kepada masyarakat. Termasuk didalamnya pelayanan KB MOP, dimana Kota Blitar merupakan satu-satunya kota/kabupaten di Jawa Timur yang pada saat itu memberikan penghargaan kepada akseptor berupa uang pengganti tidak bisa bekerja pascapelayanan MOP.
“Kota Blitar pernah mendapatkan penghargaan Manggala Karya Kencana di tingkat nasional. Ini karena capaian di bidang kesehatan sudah bagus, termasuk pada pelayanan KB. Jadi harus ditingkatkan terus,” tegasnya.
Program layanan KB MOP ini, jelas Santoso, menjadi sarana bagi para suami untuk ikut membantu menyukseskan dan menciptakan keluarga berkualitas. Sehingga, tentunya tujuan berikutnya adalah kesejahteraan keluarga bisa tercapai di Kota Blitar. Lebih lanjut, orang nomor satu di Lingkup Pemkot Blitar itu mengatakan, pihaknya tetap memberikan kompensasi atau bantuan kepada para akseptor KB MOP. Hal itu dilakukan karena para akseptor dilarang bekerja ataupun beraktivitas berat untuk sementara waktu setelah menjalani operasi KB MOP. Adapun jumlah kompensasi yang diberikan yakni Rp 1,6 juta per akseptor.
“Karena memang setelah operasi KB MOP ini, mereka (akseptor, Red) harus istirahat, tidak boleh bekerja dulu. Jadi kita berikan bantuan Rp 1,6 juta untuk membantu kebutuhan mereka selama tidak bekerja. Tapi yang jelas tujuannya tetap untuk membangun keluarga yang terencana,” terangnya.
Untuk diketahui, kegiatan safari KB MOP dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. Sebab, para calon akseptor diharuskan untuk melakukan swab antigen sebelum menjalani operasi KB MOP. Selain itu, seluruh penyelenggara, tamu undangan, dan semua orang yang berada di kawasan kegiatan safari KB MOP juga diwajibkan untuk menggunakan masker. (fim/c1/ady/dfs)