TULUNGAGUNG – Dalam setengah tahun ini, terdapat 7 kejadian kecelakaan kereta api (KA) dengan kendaraan lain. Bahkan, telah ada tiga kejadian kecelakaan karena KA dalam bulan ini. Mirisnya, dalam sehari kemarin (20/9), terdapat dua kecelakaan yang melibatkan kuda besi tersebut.
Peristiwa kecelakaan di perlintasan tanpa palang pintu di Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, pada Senin (20/6) memakan korban. Tempat kejadian terlihat ramai usai KA Dhoho menghantam sepeda motor bernomor polisi AG 5514 NT kemarin pukul 14.10 WIB. Kendaraan roda dua itu dikendarai Setu, warga Desa Bendiljatikulon, Kecamatan Sumbergempol, yang hendak pulang ke rumah. Padahal, sebelum kejadian, petugas jaga sempat memperingatkan korban.
Pria 66 tahun ini meninggal dunia di lokasi kejadian dan jenazahnya ditutupi karung oleh warga. Saat akan dievakuasi oleh petugas medis, posisi tubuhnya tengkurap hingga terlihat wajah korban penuh dengan darah karena berbenturan dengan batu-batu yang ada di tumpuan rel. “Tadi sempat saya peringatkan dan korban juga berhenti. Namun, dia berhenti dekat dengan posisi rel kereta lalu tiba-tiba maju. Seletah itu, saya tahunya setelah kereta dari timur lewat. Korban langsung tergeletak di tepi rel. Karena saya menjaga pelintasan dari sisi selatan, sedangkan korban dari utara,” ujar penjaga perlintasan rel, Mustangin.
Dia mengaku, setelah terjadi kecelakaan, dia langsung menghampiri korban dan melihat kondisinya telah meninggal dunia karena tanpa pergerakan.
Menurut dia, dimungkinkan sepeda korban tertabrak hingga membuatnya terpental dan jatuh di bebatuan tepi rel. Kereta sempat berhenti sebentar lalu berjalan lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Sumbergempol.
Pria 35 tahun asal Rejotangan ini setiap hari memang menjaga perlintasan rel kereta api secara bergantian dengan empat petugas lainnya. Namun, saat kejadian, waktu tugas berjaga Mustangin hampir usai dan tidak disangka bila terjadi kecelakaan.
“Saya tidak mengenal korban, karena memang saya bukan asli warga sini. Saya dari Desa/Kecamatan Rejotangan dan sudah tiga tahun melakoni pekerjaan menjaga perlintasan rel kereta di Desa Bendiljatiwetan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kapolsek Sumbergempol AKP I Nengah Suteja menjelaskan, korban Setu terpental hingga 5 meter dari perlintasan. Dari penyelidikan memang human error, karena korban berhenti di dekat rel kereta. Padahal saat kejadian tidak ramai lalu lintasnya dan baru saat ini terjadi kecelakaan kereta api.
“Biasanya yang jaga perlintasan kereta api di Desa Bendiljatiwetan ini dua orang. Namun, saat kejadian hanya satu orang yang bertugas, dari sisi selatan saja. Kami akan tingkatkan lagi kewaspadaan di perlintasan tanpa palang pintu di sini,” jelasnya.
Kecelakaan kereta juga terjadi di perlintasan tanpa palang pintu di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru pada pukul 17.45 WIB. Tepatnya di dekat Universitas Muhammadiyah Tulungagung. Korban yang hendak menuju ke kampus itu masih bisa tertolong. Karena hanya motornya yang terserempet dan tidak sampai menimbulkan luka serius pada tubuhnya. (jar/c1/din)