KABUPATEN BLITAR – Momen Idul Adha seharunya menjadi pendongkrak ekonomi peternak dan penjual ternak, baik kambing ataupun sapi. Sebab, biasanya permintaan bakal membeludak. Sayangnya, tahun ini kondisinya berbeda. Penjual kesulitan menjual hewan kurban. Penyebabnya tak lain karena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Sejumlah peternak di Bumi Penataran mengakui, jelang Idul Adha tahun ini, kondisi penjualan menurun drastis. Jika dibandingkan dengan penjualan tahun lalu, penurunan mencapai sekitar 30 persen. Wabah PMK diduga kuat menjadi penyebabnya. Pasalnya, pembeli khawatir dengan hewan yang dijual.
“Sulit sekali. Kurban kemarin (tahun lalu) masih bagus, masih sangat baik lah (omzetnya, Red). Tapi kalau sekarang, agak susah karena penyakit (PMK, Red),” ungkap Suprapto, salah seorang penjual ternak asal Kecamatan Doko, kemarin (3/7).
Sebenarnya, lanjut Suprapto, kambing-kambing miliknya dalam kondisi sehat. Tak hanya itu, dia juga rutin merawat kesehatan ternaknya. Seperti mengecek kondisi mulut dan fisik. Kebersihan kandang juga menjadi prioritas. Karena itu, disinfektan selalu dia semprot ke segala sisi kandang. Langkah ini sebagai antisipasi PMK.
Ditanya soal minat beli masyarakat, pria ramah itu mengaku tak cukup bergairah. Kemungkinan, pola pikir pembeli dihantui wabah penyakit yang mengintai hewan kuku belah itu. Padahal, hewan yang dijual juga dalam kondisi sehat. “Daya beli ya turun. Susah kami jualnya. Pembeli tidak seperti sebelumnya, sekarang jauh lebih sepi,” keluhnya.
Muhroji, pedagang lainnya, tak menampik situasi sulit yang dikeluhkan rekan-rekannya. Dia menganggap keluhan pedagang merupakan hal wajar. Sebab, sulitnya menjual ternak jauh melebihi perkiraan. Belum lagi, pasar hewan yang sebelumnya sempat ditutup memberikan dampak besar lantaran penjual kekurangan tempat membuka lapak.
Pria 56 tahun itu menjelaskan, harga kambing dan sapi yang dijual sejatinya tidak banyak mengalami perubahan. Bahkan, tergolong stabil. Untuk kambing sehat, harganya sekitar Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per ekor. Sementara sapi sehat, harganya bervariasi tergantung jenis sapi yang dijual. Dia juga berharap pemerintah bisa segera mengatasi situasi PMK. Selain agar harga tetap stabil, ini agar kondisi ternak di Bumi Penataran tetap sehat.
“Harganya masih aman. Tapi kabarnya untuk hewan yang sakit, harganya turun. Sapi yang harga Rp 35 juta, jadi Rp 17 juta,” imbuhnya.
Seorang pembeli hewan kurban, Didik Widianto mengatakan tidak salah apabila masyarakat khawatir ketika ingin membeli hewan kurban. Sebab, hewan sehat menjadi prioritas. Untuk kondisi PMK, dia tidak terlalu khawatir lantaran penyakit ini tak menular pada manusia. “Alhamdulillah, sudah beli dan kondisi kambing sehat. Ini untuk kurban 10 Juli besok,” tandasnya.
Untuk diketahui, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebelumnya telah mengeluarkan fatwa hewan kurban di tengah situasi PMK. Dalam fatwa itu dijelaskan, hewan terjangkit PMK gejala klinis berat, seperti kuku melepuh, lepas, kaki pincang, dan kondisi tubuh kurus, tidak sah disembelih. Sementara untuk hewan yang terkena PMK gejala ringan seperti lepuh ringan celah kuku, lesu, tidak nafsu makan, dan keluar air liur lebih, sah dijadikan hewan kurban. (mg2/c1/wen)