TULUNGAGUNG – Perasaan khawatir terus mengahantui warga Dusun Kalitalun, Desa Tanggunggunung, lantaran tempat tinggalnya mengalami retakan tanah. Rasa takut kian bertambah saat hujan deras tiba, mereka pun mulai mengungsi sejak kemarin (13/10). Bila bencana ini terus terjadi, dusun tersebut berpontensi menjadi kampung mati.
Memasuki Dusun Kalitalun letak rumah berada di bagian bawah dari jalan desa, kemarin terlihat banyak warga duduk di depan teras sambil melihat kondisi cuaca. Selain itu, juga ada yang memindahkan beberapa perabotan rumah karena berniat untuk mengungsi ke rumah saudaranya.
Meskipun sudah mengungsi, beberapa warga masih merasa khawatir dengan kondisi rumahnya hingga tidak bisa tidur. Beberapa warga ada yang terpaksa masih menempati rumahnya, karena ada anggota keluarganya yang dalam kondisi sakit dan tidak sanggup membawa ke tempat pengungsian.
“Sudah 15 kepala keluarga (KK) mengungsi dari Dusun Kalitalun, 9 di antaranya mengungsi di Posko Kecamatan Tanggunggunung dan sisanya di rumah saudara. Sejak Rabu (12/10) malam warga sudah mengungsi, sehingga dusun ini kosong. Tapi siang balik ke rumah,” ujar warga Dusun Kalitalun , Muselan.
Pria 60 tahun itu menceritakan, retakan yang muncul di dinding dan fondasi rumahnya sudah terjadi sejak Minggu (9/10) lalu. Retakan pertama muncul setelah terjadi hujan dan tanah longsor pada malam hari, yang hanya berjarak 50 meter dari rumahnya. Tanah longsor itu terjadi di lahan kosong milik perhutani.
Dia merasa takut saat terjadi retakan pertama. Di rumahnya saat itu hanya bersama dengan istri. Bahkan retakan yang terjadi di rumah bertambah setiap hari ketika hujan datang. Terparah bangunan dapur yang baru saja dibangun retak dan bolong karena bencana. “Akibat dari bencana, saya tidak melakukan tanam, karena khawatir kondisi rumah. Setiap malam saya harus mengungsi di rumah saudara. Sampai kini, belum ada satupun bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada warga,” tuturnya.
Warga lain yag terdampak tanah retak yakni Suyatmi. Dia mengatakan bila Bupati Tulungagung kemarin meninjau para korban termasuk dirinya. Namun, belum memberikan bantuan, hanya sekedar menyapa dan menanyakan kondisi.
Padahal kondisi rumah Suyatmi parah. Lantainya terlihat retakan sepanjang lebih dari satu meter, dia juga menunjukkan kondisi dinding terdapat retakan yang bercabang. Dia juga menunjukkan kondisi rumah tetangganya yang lantainya mengalami retakan lebih parah, karena sekitar 3 meter di teras rumah. Hingga mereka memilih untuk membawa beberapa perabotan ke rumah saudaranya.
Perempuan 44 tahun itu di rumah bersama suami dan keluarga dari anaknya yang telah menikah. Namun kemarin ketika ditemui, Suyatmi hanya seorang diri karena anaknya berada di tempat pengungsian di rumah saudaranya. “Makan sehari-hari masih masak sendiri. Bantuan masih dari Polres Tulungagung di antaranya, 2 kilogram (kg) beras dan uang Rp 50 ribu. Rabu malam mulai sepi di dusun ini, karena ditinggal warga mengungsi,” terangnya.
Dia mengaku, ketika mengungsi dan meninggalkan rumah dalam keadaan pintu rumah yang terbuka. Hal itu dilakukan karena bila nantinya kembali ke rumah tidak kesulitas untuk masuk rumah. “Kalau dalam kondisi ambles, pintu rumah tidak bisa dibuka. Maka pintu rumah saya buka saat malam,” pungkasnya. (jar/din)