KOTA BLITAR – Sejak resmi dibuka pada akhir Maret lalu, kios di lantai 2 Pasar Legi hingga beberapa hari lalu masih kosong. Hanya segelintir pedagang yang sudah menempati tempat yang ditentukan. Padahal, pedagang berjanji segera menempati usai Lebaran.
Lantai 2 Pasar Legi terlihat luas. Deretan kios berjajar rapi. Dari ujung barat hingga ujung timur. Penampakannya masih baru. Cat putih bersih, dinding masih mulus. Begitupun bagian lapak Los, baru akhir Maret lalu diresmikan oleh Wali Kota Blitar Santoso usai selesai dibangun.
Ada 200 kios lebih yang berdiri. Terdiri dari kios permanen dan kios partisi. Tapi sayang, hingga kini sebagian besar kios belum ada penghuninya. Padahal, sudah jelas siapa penghuni tiap-tiap kios tersebut.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Blitar sudah mengantongi data pedagang yang akan menempati kios sesuai nomornya. Usai diresmikan, dinas sudah memberikan kunci agar segera ditempati. Para pedagang berjanji akan menempati setelah Lebaran.
Tetapi, hingga detik ini kios di lantai dua Pasar Legi juga belum ditempati. Pedagang yang sudah menempati pun bisa dihitung jari. “Kunci kios saat itu sebenarnya sudah diserahkan ke pedagang. Katanya setelah Lebaran baru pindah. Tetapi sampai sekarang juga belum,” kata Wiwid, salah satu pedagang lantai dua Pasar Legi kepada Koran ini Jumat (20/5) lalu.
Wiwid merupakan satu di antara ratusan pedagang lain yang siap menempati kios lantai dua. Bahkan, pedagang pakaian itu sudah menempati kiosnya sejak April. “Saya hanya satu kios ini. Untuk yang lain ada dua hingga tiga kios,” ungkapnya.
Pantauan Koran ini, hanya kios milik Wiwid yang sudah beroperasi. Sedangkan kios lain di sekelilingnya masih tutup rapat. “Sebenarnya kios-kios ini sudah ada orangnya,” kata perempuan paruh baya ini sembari menunjuk kios di sekelilingnya.
Pedagang lainnya yang sudah menempati kios baru adalah Tri Wanti. Pedagang sandal itu sudah berjualan di kios barunya sejak April. Pada momen puasa lalu, dia sudah menjajakan dagangannya.
Namun, kondisi pasar tidak seramai dulu sebelum terbakar. Beberapa hari menjelang Lebaran, kondisi kunjungan ke pasar sangat sepi. “Mungkin karena juga kondisi ekonomi ya, dampak pandemi Covid-19. Meski begitu, tetap belum ada pembeli,” keluhnya.
Dia mengaku, mayoritas pedagang lantai dua sepakat untuk pindah ke kios baru setelah Lebaran. Tetapi kenyataannya juga belum pindah. “Alasan mereka, katanya menunggu yang lain. Selain itu, juga karena kios belum bisa dibongkar. Soalnya, ada pedagang yang memiliki lebih dari satu kios,” ungkap perempuan berjilbab ini.
Menurut Alfina, pedagang jilbab, jika seluruh pedagang kompak pindah ke kios baru, kemungkinan pasar akan ramai. “Kalaupun nanti pelanggan mencari, kan bisa diberitahu jika sudah masuk di lantai dua,” tuturnya.
Dia mengaku, sudah beberapa petugas dari disperdagin mengingatkan pedagang untuk segera pindah. Namun, pedagang tetap mengindahkan.
Berbeda dengan Wiwid dan Tri Wanti, Setyowati justru memilih untuk tetap berjualan di lapak darurat lantai bawah. Padahal, dia memiliki kios jualan di lantai dua. “Belum pindah karena kios belom bisa dibongkar. Dari dinas bilang nunggu setahun dulu karena masih akan dicek pelaksana,” terang perempuan 57 tahun ini.
Pedagang pakaian ini menuturkan, memiliki kios lebih dari satu. Sehingga dia harus membongkar untuk bisa menempati. “Barangnya banyak. Harus dibongkar. Jika tidak dibongkar rawan dicuri,” akunya.
Menurut dia, mayoritas pedagang akan pindah jika kios boleh dibongkar. Jika belum boleh maka pedagang enggan untuk pindah. “Sebenarnya barang sudah siap di sana (kios lantai dua, Red). Tetapi kalau belum boleh, ya kami tetap di sini. Percuma kalau saya pindah tetapi pedagang lain belum. Apalagi kondisi pasar sepi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Disperdagin Kota Blitar Hakim Sisworo mengatakan, sudah berulangkali mengingatkan pedagang untuk segera pindah ke kios baru. Tetapi, pedagang masih tidak mengindahkan. “Ini terus kami minta untuk segera pindah,” katanya. (*/ady)