TULUNGAGUNG – Siapa sangka pembelajaran tari tradisional yang dilakukan oleh Ervina Yessyeka Loviani dapat menginspirasi guru-guru lainnya. Dengan memanfaatkan tekhnologi, pembelajaran tari yang dikemas dengan konten kreatif berupa video tersebut berhasil menarik perhatian ratusan ribu penonton.
Ervina -sapaan akrabnya- mengatakan, itu berawal karena pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk melangsungkan pembelajaran jarak jauh. Dia tercetus untuk melakukan pembelajaran tari tradisional dengan cara membuat konten-konten kreatif berupa video.
Lahir dari keluarga dengan latar belakang seni dan budaya menjadikannya mudah untuk menguasai tari tradisional maupun tari lainnya. “Waktu itu kan pembelajaran harus daring, jadi saya bingung bagaimana caranya mengajar tari dengan pembelajaran daring. Sementara pembelajaran tari harus praktik atau sacara langsung, jadi tercetuslah untuk membuat video,” jelasnya kemarin (24/11).
Tak sedikit konten kreatif berupa video pembelajaran tari tersebut diunggah ke sosial media (sosmed). Beberapa dari konten-konten yang dibuatnya tersebut sempat viral dan ditonton lebih dari ratusan ribu penonton. Namun, tak sedikit hujatan yang diperoleh dari video pembelajaran yang diunggah tersebut. “Tapi anak-anak itu lebih suka pembelajaran tari melalui konten-konten video, jadi saya lanjutkan saja dan tidak memperdulikan hujatan itu. Dari hujatan itu, videonya tambah ramai,” ucap guru dari SMK Kesehatan Brawijaya Tulungagung ini.
Perempuan berusia 25 tahun tersebut berharap agar peserta didik dapat lebih tertarik untuk belajar seni tari tradisional di tengah gempuran teknologi seperti sekarang ini. Kini terdapat beberapa peserta didik yang masih malas dalam mengikuti pembelajaran tatap muka. “Entah itu masih terbawa suasana pembelajaran daring yang bisa dilakukan sambil rebahan. Sekarang ini, saya berusaha membangun karakter anak-anak ini supaya semangat lagi untuk belajar dan melestarikan budaya. Agar budaya khususnya di Tulungagung ini dapat terus berkembang di masa sekarang,” paparnya.
Dia menjelaskan bahwasanya terdapat beberapa tantangan dalam melakukan pembelajaran tari trasional. Apabila peserta didik tidak terbiasa dengan gerakan tari, maka gerak tubuhnya cenderung kaku. “Melakukan gerakan dasar-dasar tari itu susah karena tubuhnya kaku. Berbeda dengan yang sudah terbiasa dengan gerakan tari, lebih gampang. Dengan begitu, saya menerapkan metode dengan tidak mengucapkan ‘tidak bisa’ dan diganti dengan ‘belum bisa’. Karena jika ‘belum bisa’, itu berarti masih terdapat kemauan untuk berani belajar dan berani mencoba,” tutupnya. (mg2/c1/din)