Radar Trenggalek – Jauh sebelum muncul Wisata Banyu Lumut (WBL), lokasi itu sudah memberikan manfaat bagi warga Desa Tegaren, Kecamatan Tugu. Mengingat, lokasi itu dulunya adalah tampungan air atau embung. Ada berbagai jenis tanaman yang tumbuh di sekitar embung itu. Beberapa tanaman pun sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Dari potensi yang dimiliki embung Banyu Lumut, warga dan pemerintah desa (pemdes) kemudian terinsprasi untuk mengelola Banyu Lumut mejadi destinasi wisata. Dari pantauan Jawa Pos Radar Trenggalek, sebelum menuju ke tempat wisata, para wisatawan perlu mengocok perut lebih dulu karena aksesibilitas jalan yang belum mulus sepenuhnya. Sesampainya di lokasi WBL, lanskap alam terpantau asri, teduh, dan sejuk. Di sana masih banyak pohon-pohon rindang. Usianya sekitar puluhan tahun atau bahkan menyentuh ratusan tahun.
Keberadaan WBL kini telah mendapatkan nota kesepahaman (MoU) penanganan hukum bidang perdata dan tata usaha negara antara Perum Perhutani KPH Kediri dan Kejari Trenggalek.
Dengan potensi alam yang dimiliki Banyu Lumut, masyarakat Desa Tegaren kemudian terinspirasi mempercantik WBL dengan membangun beberapa gazebo, taman mini, hingga pendapa. Fasilitas-fasilitas itu dapat dimanfaatkan oleh wisatawan secara gratis. Lanskap keindahan alam di embung itu merupakan salah satu daya tarik dari WBL. Sekretaris Desa Tegaren, Hendrik Krisdianto membenarkan, Tegaren merupakan desa yang memiliki suhu rata-rata sekitar 20 derajat Celsius. Ada beberapa komoditas pertanian di Tegaren, meliputi jagung, singkong, dan sebagainya. “Setelah dibangun embung, alhamdulillah ada komoditas terbaru adalah tembakau. Itu merupakan beberapa tanaman utama di desa kami,” ungkapnya.
Hendrik mengakui bahwa keberadaan embung menjadi salah satu sumber penghidupan bagi warga. Lokasi yang kaya potensi air itu membawa keberkahan bagi sektor pertanian. Dari sisi pemdes, potensi dari embung ke depannya juga akan diarahkan untuk mengembangkan tanaman hortikultura. “Embung Banyu Lumut dibangun sejak 1997, lokasinya di Dusun Tompe, Desa Tegaren, Kecamatan Tugu,” ucapnya. Selain bernilai di sektor pertanian, pengelolaan WBL kini berkembang mengarah ke sektor wisata. Melalui pengelolaan wisata, warga dan pemdes berharap WBL menjadi lokasi perputaran ekonomi oleh warga sekitar. “Mengembangkan perekonomian. Pengunjung bisa memetik buah sendiri atau membeli di tempat lansung. Semoga bisa bermanfaat bagi semua,” ujarnya.
Senada seperti yang diungkapkan tokoh masyakarat Desa Tegaren, Suparji. Menurutnya, WBL kini lebih ramai daripada sebelum menjadi destinasi wisata. “Hasilnya bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Dan ke depan semoga ini bisa berkembang lebih bagus dan ramai dikunjungi orang,” ungkapnya. Salah satu pedagang makanan dan minuman (mamin), Nila mengatakan, pengelolaan embung menjadi WBL membantu pemilik usaha mikro (UM) untuk meningkatkan penghasilan. “Alhamdulillah, kami bisa berjualan dan mendapatkan penghasilan di sini,” ucapnya. (*/c1/rka)