TRENGGALEK – Fatimah Syarha adalah salah satu mantan pekerja migran Indonesia (PMI) yang cermat dalam mengelola keuangan. Meski hasil dari membanting tulang di Hongkong itu cukup banyak, namun Fatimah tetap menyisihkan uangnya untuk membangun usaha. Dia pun berhasil mengembangkan bisnis melalui potensi singkong di Kabupaten Trenggalek.
Di tengah berprofesi sebagai PMI, Fatimah sudah membangun prinsip untuk mengembangkan usaha saat pulang ke tanah air. Mulanya, Fatimah ingin usaha kuliner, seperti mie ayam, bakso, dan camilan. Namun, sewaktu pulang ke tanah air, ada kesempatan berkunjung ke rumah kerabat di Semarang. “Saya diajak di sebuah outlet yang namanya singkong keju D-9 tepatnya di Salatiga, Jawa Tengah. Saya melihat peluang yang bagus dari olahan singkong yang diolah dengan berbagai macam varian,” ungkapnya.
Terinspirasi dari usaha itu, Fatimah lantas teringat jika Kabupaten Trenggalek terkenal dengan hasil bumi singkong, seperti tiwul, gatot, dan sebagainya. Di desanya pun pun mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah bertani singkong. “Di samping memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah juga dapat meningkatkan perekonomian petani sekitar dan tentunya menjadikan Trenggalek lebih maju,” kata warga Desa Gador, Kecamatan Durenan itu.
Api semangat usaha Fatimah berkobar, dia ingin mengembangkan usaha camilan berbahan dasar singkong dengan memadukan konsep tradisional dan kekinian, agar singkong punya daya tarik yang lebih baik. “Kemudian terbesit untuk membuat kue basah yang punya penampilan yang lebih menarik,” ucap owner Qtello Ayu ini.
Beberapa varian yang dibuatnya, meliputi sarang burung, talam lapis, talam pisang, srawut, getuk bakar, getuk lindri, talam strawberry dan nangka, klepon, dan getuk gulung. “Selain Qtello Ayu, saya ada produk baru yaitu Singju krispi yang berbahan dasar singkong juga, dengan empat macam varian, original, rumput laut, spicy balado, dan ekstra cheese,” ujar istri Edi Susilo ini.
Namun begitu, Fatimah mengaku, menjalankan usaha tak lepas dari persaingan. Dia melihat persaingan bisnis itu bukan hal yang harus dihindari, tapi menjadi sebuah tantangan untuk terus berinovasi. Tak cukup itu, kemunculan pandemi membuat penjualannya menurun, meski tak terlalu signifikan. “Menyikapi kondisi itu, saya memasarkan secara offline dengan cara free ongkir juga pemasaran online melalui Facebook, WhatsApp, dan Instagram,” ucapnya. Pencapaian usaha Fatimah itu tak membuatnya berhenti, dia berharap produk-produknya bisa berkembang hingga ke luar negeri. (tra/rka)